Koran Jakarta, 24 Desember 2012
Judul Buku: Einstein; Kehidupan dan Pengaruhnya bagi Dunia
Penulis: Walter Isaacson
Penerbit: Bentang
Cetakan: I, November 2012
Tebal: 698 Halaman
Siapa yang tidak mengenal sosok yang satu ini ? ia seolah
menjadi ikon manusia jenius abad 20. Foto dan gambarnya dengan gaya khas rambut
putih berdiri dan lidah menjulur, bisa kita temukan di mana-mana, terutama di
kamar-kamar anak remaja dan mahasiswa. Dialah Albert Einstein.
Padahal konon semasa balita ia dikenal lambat bicara.
Bahkan, ketika mulai bisa berkata-kata pada usia dua tahun, Einstein kecil
dijuluki der Depperte, si tolol.
Label lainnya adalah “hampir terbelakang”, disebabkan kesulitannya dengan
bahasa hingga orang-orang di sekitarnya takut kalau ia tak akan pernah
mengenyam pendidikan dan tak sanggup belajar.
Lalu bagaimana kisah lengkap tokoh dunia yang memiliki
kontribusi besar pada ilmu pengetahuan melalui temuan-temuannya di bidang
fisika tersebut ? Buku berjudul Einstein; Kehidupan dan Pengaruhnya bagi
Dunia ini, merupakan biografi
lengkap penemu teori relativitas itu. Ditulis oleh Walter Isaacson,
penulis spesialis tokoh-tokoh populer dunia seperti Steve Jobs dan Benjamin Franklin,
asal Amerika Serikat.
Lahir pada pukul 11.30, Jumat 14 Maret 1879 di Ulm,
Swabia Jerman dari rahim perempuan bernama Pauline Koch, istri dari seorang
pengusaha kasur bulu bernama Hermann Einstein. Pada usia satu tahun,
kebangkrutan yang melanda usaha sang ayah membuat keluarganya pindah ke Munich.
Di kota inilah Einstein menghabiskan masa kanak-kanak, serta mendapatkan adik
perempuan bernama Maria.
Ketertarikannya terhadap fisika dimulai semasa kanak-kanak
ia mengamati kekuatan misterius sebuah kompas. Jarum magnet, yang gerakannya
seolah-olah dipengaruhi oleh kekuatan tersembunyi dan bukan oleh peralatan
mekanis seperti sentuhan atau kontak yang sudah dikenalnya, membangkitkan rasa
ingin tahu yang memotivasinya seumur hidup. (Halaman 13-14)
Rasa ingin tahu yang besar, disertai ketekunan dan berkah
kecerdasan yang luar biasa membuat suami Mileva Maric ini mengalami kemajuan
pesat dalam risetnya. Banyak terobosan yang dilalui, fisika klasik yang telah
mapan siap dijungkalkannya. Imajinasi visualnya memungkinkan Einstein melakukan
lompatan konseptual yang tak mampu dilakukan oleh para pemikir tradisional
pasca Isaac Newton.
Maret sampai Juni 1905, menjadi masa bersejarah bukan
hanya untuk Einstein namun juga jagad sains. Selama masa empat bulan yang riuh
ini, empat makalah berisi empat teori penting dipresentasikannya ke publik.
Teori Kuantum Cahaya pada bulan Maret, Ukuran Molekul pada April, Gerak Brown
bulan Mei, dipungkasi pada bulan Juni dengan Relativitas Khusus. Rentetan
kreativitas tersebut, membuat ia dipercaya menjadi profesor di Universitas
Zurich. (Halaman 101-163)
Sayangnya, kecemerlangan Ayah dari Hans dan Eduard ini
dalam bidang sains tidak berbanding lurus dengan kehidupan pribadinya. Setelah
sekian lama pisah ranjang dengan Mileva Maric, Einstein akhirnya memutuskan
untuk bercerai dan mengakui perselingkuhannya dengan seorang janda bernama Elsa
Einstein yang kelak menjadi istri keduanya.
Skandal tersebut memicu kontroversi terhadap sosok yang
menyebut dirinya penyendiri ini, yang memang memiliki unsur-unsur yang sangat
cocok untuk menjadi seorang bintang media massa. Ia bukan tipe akademisi yang
membosankan atau pendiam. Sebaliknya, seorang laki-laki empat puluh tahun yang
menawan, baru saja berubah dari tampan menjadi khas, dengan rambut acak-acakan,
penampilan santai cenderung kumal, dan cakap membuat lelucon pendek.
Popularitasnya yang menanjak seiring dengan prestasi dan
penemuan-penemuannya di bidang fisika, tidak serta merta menjadikannya meraih
Hadiah Nobel secara mudah. Penolakan demi penolakan terus dilakukan sebagian
orang dengan beragam alasan, mulai dari karyanya yang dianggap teoritis murni,
kurang dasar eksperimental, dan tidak melibatkan “penemuan” hukum baru apapun.
Diyakini, darah Yahudi yang mengalir dalam tubuhnyalah faktor yang menyebabkan
ia selalu terganjal, hingga meraihnya tahun 1921. (Halaman 331)
Bangkitnya Nazi bersama Hitler di Jerman, memaksa
Einstein hijrah ke Amerika pada 1 Oktober 1940. Selain karena ancaman Nazi,
kepindahannya ke negeri Paman Sam disebabkan karena ketertarikan dan kekaguman
pria yang kerap dikaitkan dengan bom atom ini atas sikap toleransi terhadap
kebebasan berpikir, kebebasan berbicara, tanpa “kekerasan atau rasa takut”,
juga negara yang bebas dari hierarki golongan yang kaku dan sikap merendahkan
diri.
Umumnya sebuah biografi, buku setebal 698 halaman ini,
bukan hanya memotret kehidupan Einstein, namun juga jejak pemikiran dan
temuan-temuannya dalam bidang sains yang menghentak jagat. Dengan kata lain,
tidaklah mudah menulis biografi sosoknya. Meski demikian, Isaacson dengan
gemilang berhasil menyuguhkan sebuah bacaan dengan narasi yang mengalir dan
enak dibaca oleh siapa saja, termasuk yang bukan penyuka sains, terutama
fisika. Selamat membaca.
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/108704
terimakasih untuk review-nya. jadi nambah target buku.
ReplyDeleteps: gimana ceritanya sih biar dapat buku dari penerbit? harus jadi pembuat resensi profesional gitu? atau pustakawan?
Terima kasih atas komentarnya. Buku gratis dari penerbit bisa didapat jika resensi buku kita, dari penerbit bersangkutan dimuat di media massa.
Delete