Fragmen Agung Kehidupan Sang Nabi

Gatra, 13 Februari 2016
 
Judul Buku: The Great Episodes of Muhammad saw.

Penulis: Dr. Al-Buthy

Penerbit: Noura Books

Cetakan: I, 2015

Tebal: 780 Halaman

Rabi’ul Awwal merupakan salah satu bulan istimewa dalam Islam. Pada bulan ini, lahir sosok manusia teragung sepanjang zaman. Pembawa risalah kenabian yang terakhir dari Tuhan bernama Muhammad bin Abdullah. Karenanya, bulan ini juga biasa disebut dengan nama bulan maulid (mulud) yang secara harfiah berarti bulan kelahiran.

Kisah hidupnya sangat penting dalam Islam karena perilakunya adalah perwujudan dari kitab suci al-Qur’an. Bahkan, hampir seluruh ayat yang terdapat di dalamnya merupakan respons atas peristiwa yang terjadi terkait dengan kehidupan sang Nabi, atau dalam khazanah ulumul qur’an disebut sebagai asbabun nuzul.

Apa yang disabdakannya memiliki kekuatan hukum yang berada di bawah kitab suci. Karenanya, para sahabat serta ulama sangat berhati-hati dalam memilah mana yang benar-benar berasal dari perkataannya, dan mana yang palsu. Kumpulan perkataan tersebut kemudian dikumpulkan dan dikodifikasi menjadi sebuah kitab hadis.

Proses penulisan sejarah serta hadis nabi inilah yang kemudian, menurut Al-Buthy, menjadi fondasi bagi tradisi metodologi ilmiah yang dilakukan kaum muslim secara cermat dan ketat, dengan mempelajari berbagai peristiwa yang terjadi dan membedakannya antara yang valid dan yang tidak valid.  

Sayangnya, dewasa ini terdapat kecenderungan yang berbahaya dalam metode penulisan sejarah Nabi. Yaitu dengan menyisihkan segala hal yang tergolong mukjizat dan kejadian luar biasa yang bertentangan dengan kewajaran dan menganggapnya sebagai sebuah fenomena yang mustahil terjadi, bahkan pada diri Sang Nabi.

Dengan berlindung pada alasan metode penelitian modern yang ilmiah, distorsi atas realitas kenabian, wahyu, risalah, dan sebagainya ini kemudian dimanipulasi dengan sifat jenius, agung, pemberani, dan lain-lain. Sehingga menjauhkan pembaca dari segala aspek yang menyadarkan mereka terhadap makna kenabian atau wahyu dalam kehidupan Rasulullah.

Penyakit yang disebarkan sebagai metode penulisan sejarah dan dikenalkan para kolonialis Barat ini, mengakibatkan sejarah Nabi mengalami pemaknaan dan penafsiran baru yang terbebas dari aspek gaibnya namun dapat membahayakan kaum muslim sendiri. Sebab, wahyu Ilahi merupakan puncak segala sesuatu yang luar biasa dan gaib. (Halaman 27)

Realitas tersebut rupanya memunculkan kegelisahan terhadap diri pemilik nama lengkap Sa’id Ramadhan Al-Buthy ini. Sebagai seorang ulama kontemporer Timur Tengah terkemuka, yang karya-karya dan pemikirannya senantiasa menjadi rujukan kalangan muslim sedunia, ia menuangkan segenap pemikirannya dalam karya tebal berjudul The Great Episodes of Muhammad saw. ini. 

Menariknya, dalam buku ini Al-Buthy menghadirkan keagungan kisah Rasulullah berdasarkan fragmen-fregmen penting sang nabi, mulai dari nasab, kelahiran, hingga diangkat menjadi nabi dan wafat beliau. Dalam setiap fragmen, penulis menyertakan ulasan yang luas dan dalam dengan landasan sejarah yang ilmiah. Hampir dalam setiap fragmen juga disertakan petikan pelajaran yang dapat disesap pembaca dengan gaya bahasa yang renyah. 

Para perawi dan ulama sepakat bahwa Rasulullah hidup selama enam puluh tiga tahun. Diangkat menjadi nabi dan rasul dalam usia empat puluh tahun. Tiga belas tahun beliau gunakan untuk berdakwah di Makkah, dan sepuluh tahun beliau gunakan di Madinah setelah berhijrah. Awal tahun kesebelas, tepatnya dua belas Rabiul Awwal, beliau wafat.

Nabi Muhammad memang makhluk Allah yang utama. Bukan hanya akhlaknya semata, namun semua hal yang melekat ditubuhnya diyakini para sahabat dan umatnya dapat memberi keberkahan. Menurut sebuah hadis, bekas air wudlu beliau hingga benda-benda yang pernah dipergunakannya, semisal pakaian dan gelas kerap diperebutkan para sahabat. (Halaman 244)

Tidak ada kaisar dan raja yang dicintai rakyatnya seperti Muhammad dicintai rakyat dan umatnya. Sebuah kecintaan yang sangat wajar mengingat kecintaan sang Nabi sendiri terhadap umatnya sangat besar. Bahkan, menjelang sakaratul maut yang disebutnya adalah umatnya.

Selain mengupas fragmen kehidupan Nabi, buku setebal tujuh ratus delapan puluh halaman ini juga mengurai secara singkat sejarah empat pemimpin Islam pasca-Nabi, Khulafa Ar-Rasyidin, berikut proses suksesi yang terjadi pada keempatnya serta kemunculan berbagai faksi dalam tubuh umat. 

Keberadaan kaum khawarij sebagai embrio ekstrimis Islam yang salah satu ciri utamanya gemar mengkafirkan orang lantaran sebab remeh, menurut al-Buthy hanya mencerminkan logika yang menolak ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan segala kaidah dan aturannya. Karena Islam hanya berlandaskan pada sikap moderat dalam akidah dan perilakunya. (Halaman 739) 

Selain keluasan ilmu dan keluwesan bahasa, kejernihan pikiran serta keberanian penulis dalam mengemukakan pemikiran juga menjadi nilai lebih pada sosok berwajah teduh ini. Sebuah sikap yang ia pertahankan hingga kesyahidan menjemputnya di sebuah Masjid di Damaskus akibat bom bunuh diri yang dilakukan para teroris yang mengatasnakaman Islam (ISIS) pada 2013 silam.

Menjelajahi halaman demi halaman karya yang dijadikan buku ajar di Damascus University, Yarmurk University, dan Jordan University ini bukan hanya mengajak pembaca untuk meneladani sikap rasulullah sebagaimana dicontohkan beliau dalam kehidupannya, namun juga menghadirkan segenap kisah mukjizat yang jarang disebut dalam buku-buku sejarah karya intelektual muslim kontemporer, terlebih orientalis.