Judul Buku: Inside Coca-Cola
Penulis: Neville Isdell & David
Beasley.
Penerbit: Esensi
Cetakan: I, 2012
Tebal: 247 Halaman
Siapa yang tidak pernah mendengar nama Coca-Cola ? produsen minuman ringan paling
popular di planet ini yang dianggap brand
paling diakui dan paling sukses di dunia, serta mampu menembus batas-batas negara,
bangsa, benua bahkan budaya.
Perusahaan minuman yang pada awalnya dirancang sebagai
obat hangover dan pusing ini,
didirikan pada bulan Mei 1886 oleh seorang ahli farmasi di Atlanta, Amerika,
bernama John Pemberton. Artinya, perusahaan ini telah eksis selama hampir satu
setengah abad. Rentang waktu yang cukup panjang, kenyang pengalaman.
Buku berjudul Inside
Coca-Cola ini, berisi cerita Neville Isdell, mantan CEO Coca-Cola Company,
yang memaparkan pengalamannya selama 40 tahun lebih bergabung dengan perusahaan
raksasa tersebut. Mulai menapaki karir dari bawah hingga mencapai puncak, yang
ditulis sendiri oleh si empunya cerita. Dengan demikian, buku ini bercerita tentang
sosok Isdell, bukan Coca-Cola itu sendiri.
Keterlibatan pria kelahiran Downpartick, Irlandia Utara
ini, dengan Coca-Cola pada awalnya hanyalah sebagai pengemudi truk sebuah depot
yang mengantarkan minuman tersebut ke supermarket, bar, dan restoran di sebuah
kota kecil Zambia. karena dianggap memiliki kinerja yang bagus, ia kemudian
dipercaya untuk menjalankan perusahaan pembotolan di Kitwe, dan bergabung
dengan Coca-Cola Company di Lusaka.
Johannesburg,
Afrika Selatan, menjadi kota berikutnya tempat Isdell bekerja. Ia menjabat
sebagai general manager Coca-Cola Bottling Company. Karirnya semakin meroket
seiring dengan kepindahannya ke Australia untuk menduduki jabatan sebagai
general manager di sana. (Halaman 29-46) Setelah itu, Filipina, India, dan
Jerman menjadi negara bertugas berikutnya.
1 Juni 2004, ia kemudian dipercaya menjabat sebagai
chairman dan CEO. Hari pertama bekerja, tugas berat telah menantinya yaitu
memperbaiki hubungan yang terancam retak dengan klien terbesar Coca-Cola,
McDonalds. Penyebabnya adalah sikap presiden perusahaan, Steve Heyer, yang
menyinggung pihak rumah makan cepat saji terbesar dunia tersebut. Ia berhasil
mengatasinya dengan cepat.
Setelah itu, Isdell segera melakukan sejumlah langkah
internal melalui penunjukan-penujukan penting, guna menyelamatkan perusahaan
yang saat itu tengah terpuruk karena para pemimpin sebelumnya, dianggap gagal
mengembalikan perusahaan ke jalur yang benar di tengah gejolak ekonomi dunia.
Perusahaan pembotolan menanggung banyak hutang, biaya overhead perusahaan membengkak. (Halaman 154)
Buruknya manajemen pergantian staff perusahaan menjadi
masalah lain yang harus segera diatasi. Tidak sedikit, orang-orang yang tidak
memiliki kapabiltas dan keahlian duduk pada posisi yang tinggi dan strategis.
Maka perombakan pun segera dilakukan, dan yang pertamakali terkena kebijakan
ini adalah Steve Heyer, sang presiden perusahaan.
Perlahan tapi pasti, Isdell membangunkan sang raksasa
tersebut. Ia memperkenalkan visi Kapitalisme Terhubung, yaitu sebuah konsep penciptaan
Perusahaan yang Memiliki Tanggung Jawab Sosial. Dengan memeriksa jejak
perusahaan di masyarakat dan berfokus untuk mengurangi dampak negatifnya,
sebagai bagian dari strategi bisnis inti. Konsep inilah yang diterapkan Isdell
sebagai langkah bisnis yang berkelanjutan untuk jangka panjang. (Halaman 218)
Dalam Kapitalisme Terhubung, setiap orang yang terlibat
dalam proses, dari awal hingga akhir, menghasilkan keuntungan. Meskipun kecil
namun hal itu mendorong efisiensi. Hal itulah yang membuat Coca-Cola berhasil mengirimkan
produknya ke berbagai kawasan terpencil di berbagai belahan dunia, kecuali tiga
negara; Korea Utara, Myanmar dan Kuba. Di Zambia misalnya, vendor menaruh
kotaknya di kano dan mendayung di hutan belantara dimana mereka akan
menempelkan brand Coca-Cola dan
menjual minuman dingin.
Contoh sempurna dari Kapitalisme Terhubung adalah
pembuatan sumur-sumur di Afrika yang dapat digunakan untuk minum dan mengairi
ladang. Hasilnya, penduduk yang sebelumnya rentan terkena penyakit karena mengkonsumsi
air sungai, menjadi sehat dan pendapatan dari berladang juga meningkat.
Sehingga dengan demikian penjualan produk perusahaan dapat meningkat.
Membaca buku setebal 247 Halaman ini, membuat kita
memahami proses panjang untuk menjadi seorang pemimpin. Selain itu, pengalaman Neville Isdell meniti karir hingga menjadi
chairman kedua belas dalam sejarah perusahaan yang pada kuartal III tahun 2012
ini memiliki pendapatan bersih sebesar 2,31 miliar dollar AS tersebut,
memberikan gambaran betapa beratnya mempertahankan eksistensi perusahaan.
Meski demikian, dengan konsep
dan keyakinan serta didukung tim yang memiliki kemampuan mumpuni di bidangnya
masing-masing, Isdell berhasil mempertahakan brand Coca-cola sebagai minuman nomor satu dunia. Bahkan,
mengalahkan para kompetitor kuatnya. Bukan hanya itu, ia juga sukses memberikan
fondasi berbisnis yang kuat kepada perusahaan dengan filosofi Kapitalisme
Terhubung-nya.
http://www.seputar-indonesia.com/news/sosok-di-balik-sang-raksasa
mantap, masuk koran lagi yeah yihuuuuuuu
ReplyDeleteah, hanya kebetulan...:-)
Delete