Judul Buku: Sepatu Dahlan
Penulis: Khrisna Pabicara
Penerbit: Noura Books
Cetakan: I, Mei 2012
Tebal: 369 Halaman
“Kemiskinan
yang dijalani dengan cara yang tepat, akan mematangkan jiwa”.
Kata-kata
tersebut bukanlah milik seorang motivator ulung, yang seolah mengetahui segala
hal. Bukan pula iklan layanan pemerintah. Apalagi meluncur keluar dari mulut seorang
politisi dalam orasi yang berapi-api namun penuh hipokrasi dengan tujuan dapat
menduduki kursi kekuasaan.
Kalimat itu
meluncur dari seorang lelaki lugu dan pendiam, khas karakter lelaki desa, yang
hampir sebagian besar hidupnya dihabiskan serba kekurangan materi. Dengan
demikian, kata-kata tersebut bukanlah sekedar imajinasi, tetapi hasil dari
penghayatan dari kehidupan yang dijalani. Lelaki tersebut bernama Iskan, dari
kampung Kebon Dalem, Magetan, Jawa Timur. (Halaman 184)
Sosok Iskan
begitu kuat sekaligus menonjol karakternya dalam buku berjudul Sepatu Dahlan ini. Sosok tersebut
merupakan ayah kandung dari Dahlan Iskan, tokoh utama dalam novel karya Khrisna Pabicara
ini, sekaligus menjadi sosok yang paling dikagumi.
Sebagaimana
tertera pada judulnya, buku ini mengungkapkan apa dan siapa sosok menteri BUMN
pada Kabinet Indonesia Bersatu II ini semasa kecil, terutama ketika Dahlan
tengah duduk di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Takeran, Magetan, dan tentu saja
obsesinya terhadap sepatu. Diiringi tangis dan tawanya hingga menyelesaikan
pendidikan di Madrasah Aliyah (SMU).
Lahir dan
tumbuh remaja di Kebon Dalem, sebuah dusun yang hanya memiliki enam rumah
dengan jarak yang berjauhan. Sang Ayah, Iskan, seorang petani dan Lisna, sang
ibunda adalah pembatik. Keadaan keluarga yang miskin membuat Dahlan sedari
kecil sudah terbiasa menggembala kambing setiap sore, dan mencari rumput
selepas shalat Subuh dan sepulang sekolah.
Rutinitas
kehidupan yang dijalani keluarga Iskan, nyaris tanpa keluhan atas kondisi
ekonomi mereka yang jauh dari kemapanan. Nampaknya, prinsip ojo kepingin sugih yang dipesankan
almarhum Kiai Mursjid, pengasuh pesantren Takeran yang nota bene masih kakek Dahlan, betul-betul dijadikan pegangan hidup bagi
keluarga ini. (Halaman 164)
Meski
demikian, masalah bukannya tidak pernah ada. Dan satu-satunya masalah orang
miskin adalah ketidakmampuan untuk memenuhi apa yang diinginkan, termasuk untuk
makan. Hal ini pula yang dialami oleh Dahlan sekeluarga yang tidak jarang harus
menghabiskan siang dan malam dengan perut berdemonstrasi karena tidak
mendapatkan asupan. Selain itu, ada satu impian yang begitu menghantui pikiran
Dahlan, yaitu sepasang sepatu. Impian wajar dari seorang anak remaja yang harus
berjalan kaki tanpa alas kaki ke sekolah hampir sepanjang hidupnya.
Kematian
ibunda tercinta, serta kepergian sang kakak perempuan yang memilih merantau ke
Kalimantan semakin mempersulit kehidupan Dahlan serta semakin menjauhkannya dari
mimpi memiliki sepatu. Meski demikian, Rentetan peristiwa memilukan tersebut
tidaklah membuat Dahlan patah arang, sebaliknya ia semakin terpacu untuk lebih
giat mengurus kambing dan berprestasi di sekolah.
Membaca cerita
Dahlan Iskan semasa kecil dan remaja yang dituangkan dalam buku setebal 369 halaman ini,
membuat siapa pun menjadi maklum dan dapat memahami mengapa sosok pria berkaca
mata ini terlihat menonjol diantara pejabat lain yang duduk di pemerintahan.
Dahlan selalu bersemangat di setiap aktivitasnya, serta berani melakukan
hal-hal yang dianggapnya benar.
Masa
kecilnya yang penuh dengan peluh dan kerja keras, rupanya membentuk
kepribadiannya. Keberanian di masa remaja mengeluarkan Fauzan dari tim utama
Voli menjadi bukti, bahwa tokoh yang kini sering disebut sebagai salah satu
kandidat pemimpin Indonesia 2014 ini memiliki jiwa pemberani dalam melakukan
hal-hal radikal dan melawan arus sedari muda. (Halaman 324)
Dengan
demikian, Sepatu Dahlan dan juga
kisah Dahlan Iskan, belumlah usai. Selain buku ini hanya memotret sosok Dahlan
kecil hingga lulus sekolah Aliyah, buku ini juga merupakan buku pertama dari
trilogi novel inspirasi Dahlan Iskan. Keberadaan trilogi ini memiliki posisi
dan misi yang jelas; menularkan semangat dan etos yang dimiliki sosok Dahlan,
sehingga menjadi kisah inspiratif dari Kebon Dalem
bagi seluruh pembacanya. Selamat membaca.
No comments:
Post a Comment