Seputar Indonesia, 13 Mei 2012
Judul Buku: Warung Bu Sastro
Penulis: Pauline Leander
Penerbit: Elex Media Komputindo
Cetakan: I, Maret 2012
Tebal: 295 Halaman
Bisnis kuliner adalah hal yang marak dan
lazim kita temukan dalam lingkungan kampus. Kerumunan mahasiswa pendatang yang
tidak memiliki waktu yang cukup untuk memasak, membuat keberadaan bisnis ini
menjadi begitu penting bagi mereka dan cukup menjanjikan keuntungan bagi para
penjualnya.
Fenomena demikian dapat kita temukan juga
dalam buku berjudul lengkap Warung Bu Sastro: Tidak Rugi Berbisnis dengan Hati ini. Berkisah
seputar kehidupan Bu Sastro dalam mengelola dan menjalankan bisnis kulinernya di sekitar kampus Institut Teknologi Bandung (ITB)
tepatnya di kampung Balubur, Bandung.
Ibu Sastro menjalankan bisnisnya dengan cara
yang unik, yaitu menyediakan rumah, tangan dan kaki, bahkan telinga, dan
terutama hatinya bagi setiap pelanggan yang hadir di warungnya. Semuanya
disajikan kepada para mahasiswa yang menjadi pelanggan warungnya, dengan
harapan mereka tetap sehat, bisa belajar dengan tenang, dan sukses dalam
studinya.
Pada awalnya jenis masakan yang akan dijual
Bu sastro terbatas pada pelengkap nasi, sayur beserta lauk-pauknya saja atau
biasa disebut sayur matang. Mereka tidak akan menjual nasi, dan seluruh makanan
hanya untuk dibawa pulang si pembeli, alasannya karena keterbatasan ruang
sehingga tidak memungkinkan bagi para pelanggan untuk makan di tempat.
Adalah Simbolon beserta ke-12 temannya yang
pertamakali merubah pemikiran Bu Sastro. Panik karena ditinggal secara mendadak
oleh pembantu rumah kosnya, Simbolon kemudian merayu Bu Sastro agar bersedia
memasakkan nasi beserta lauk pauknya bagi mereka. Maka, dimulailah perubahan
dalam warung Bu sastro yang semula hanya menyediakan lauk dan untuk dibawa
pulang, menjadi lengkap dengan nasi serta makan di tempat.
Hingga pada akhirnya, di masa jayanya, Bu
Sastro setidaknya menghabiskan 25 kilogram beras sehari. Sebuah angka yang luar
biasa mengingat ia hanyalah mengelola warung makan untuk mahasiswa, serta pada
awalnya produksi Bu Sastro hanyalah 3 kilogram perhari.
Sebagian pelanggan warungnya, menggunakan
metode menitip uang terlebih dahulu. Setiap anak memiliki buku tersendiri yang
sebisa mungkin berlainan antara satu dengan yang lainnya agar mudah dikenali.
Buku ini berisi identitas si penitip, mulai dari nama, tempat kuliah/indekos,
sampai jumlah uang yang dititipkan pada awal bulan.
Besaran uang yang ditipkan setiap anak pun
bervariasi. Mereka semuanya berasal dari beragam universitas di seputaran
Bandung. Setiap kali selesai makan, mereka mencatat sendiri apa yang
dikonsumsinya dalam buku tersebut. Bu Sastro sejak awal memutuskan untuk
percaya pada kejujuran setiap anak. Itulah prinsip dasar berbisnis Bu sastro.
Pesaing bukannya tidak ada, namun tetap saja
warungn Bu Sastro menjadi tempat favorit mahasiswa untuk mengobati rasa haus
dan lapar mereka. Hal demikian bukannya tanpa alasan, karena warungnya memiliki
pebedaan dibanding dengan warung makan lain yang lebih disukai anak-anak
mahasiswa.
Setidaknya ada lima prinsip utama yang
membedakannya; harga di warung Bu Sastro relatif lebih murah dibanding harga
warung yang lainnya, sayuran yang tersedia beraneka ragam meskipun digratiskan,
pembeli dapat mengambil sendiri makanan yang dikehendaki sesuai takaran perut masing-masing,
Bu Sastro menerapkan prinsip kejujuran dan kepercayaan, mahasiswa yang makan
mencatat sendiri apa yang dimakannya, dan prinsip yang terakhir adalah Bu
Sastro selalu percaya kalau rezeki ada yang mengatur, sehingga warungnya
dikenal dengan slogan “Ada uang makan, tidak ada uang juga tetap makan”.
Penerapan manajemen yang dilakukan Bu sastro
memungkinkannya untuk menghindari kerugian bisnis, untuk memperoleh dukungan
kemitraan bisnis yang baik, menyajikan menu makanan dengan konsep deferensiasi
marketing yang khas dan berbeda dari warung lainnya, sekaligus mengaplikasikan costumer
care dan costumer selection yang sangat kental bagi para
pelanggannya.
Kisah-kisah yang dituangkan dalam buku
setebal dua ratus sembilan puluh lima halaman ini tidak hanya bercerita tentang
pengalaman nyata dan penuh warna para mahasiswa pelanggan Warung Bu Sastro.
Setiap kisah juga menggambarkan bagaimana Bu sastro menerapkan prinsip
manajemen pengelolaan bisnis masa kini dalam bentuk sederhana tanpa terbebani
teori-teori yang rumit. Itulah berbisnis dengan hati.
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/494357/
sepertinya menarik sekali bukunya,,,
ReplyDeletenice post..
Blogwalking sambil mengundang rekan blogger sekalian
Kumpul di Lounge Event Tempat Makan Favorit
sukses selalu
Salam Bahagia
Terima kasih kembali :-)
ReplyDelete