Tuesday, July 24, 2012

Mengenang Kepemimpinan Bang Ali

Koran Jakarta, 25 Juli 2012
Judul Buku: Ali Sadikin; Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi
Penulis: Ramadhan K.H.
Penerbit: Ufuk Press
Cetakan: I, Juni 2012
Tebal: 612 Halaman

Demam pemilihan Gubernur sedang melanda Jakarta. Hingar bingar pesta demokrasi tersebut tengah memasuki putaran kedua. Ada dua pasangan kandidat yang saat ini tengah mempersiapkan diri untuk memimpin Jakarta; Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli dan Joko Widodo - Basuki Tjahaya Purnama.

Hanya Tuhan yang tahu, siapa diantara dua pasangan tersebut yang akan menjadi pemimpin Jakarta. Namun, semua orang tahu bahwa satu-satunya Gubernur Jakarta yang masih dikenang banyak orang hingga kini adalah Ali Sadikin, yang memimpin Jakarta dari tahun 1966 hingga 1977. Mengapa ?

Buku berjudul Ali Sadikin; Membenahi Jakarta Menjadi kota yang Manusiawi ini, mencoba menelusuri sepak terjang selama Bang Ali, begitu ia biasa dipanggil, selama menjadi Gubernur DKI. Ditulis oleh Ramadhan K.H. seorang sastrawan kenamaan Indonesia yang meraih berbagai penghargaan atas karya-karyanya.

Dilantik Presiden Soekarno pada tanggal 28 April 1966 di Istana Negara, dengan pertimbangan Jakarta, yang saat itu sedang tumbuh pesat disertai dengan seabreg permasalahannya, membutuhkan seorang pemimpin yang koppig, yang keras kepala. Sosok demikian dirasa cocok dengan karakter Ali Sadikin yang berlatar belakang tentara KKO, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. (Halaman 4-8)

Mualilah Bang Ali, memimpin Jakarta. Kota yang semula direncanakan pemerintah Belanda hanya untuk menampung 600 ribu penduduk, pada tahun 1966 telah berpenduduk 3,6 juta jiwa. Kenaikan tersebut lebih banyak disebabkan karena faktor urbanisasi dengan masyarakat kelas bawah yang kurang pendidikan dan keahlian mendominasi.

Jadilah Jakarta menjadi kota yang carut-marut dan kumuh. Sarana kota tidak lagi mampu melayani kebutuhan penduduknya dalam semua sektor. Keadaan fisik kota sangat mengenaskan, sehingga Bang Ali mengambil inisiatif untuk menetapkan Rencana Induk Jakarta, sebuah langkah yang menjadi prioritas utama dalam siasat dasar pemerintahannya. (Halaman 111-114)

Namun, yang paling kontroversial diantara kebijakannya adalah melokalisasi para perempuan pekerja seks Jakarta pada sebuah kawasan penuh rawa bernama Kramat Tunggak. Sebuah kebijakan yang terinspirasi dari industri seks di Bangkok, Thailand. Bang Ali beralasan kebijakan tersebut diambil agar Ibukota tidak terlihat kotor dan jorok.

Melokalisasi berarti mempersempit gerak para pekerja seks tersebut sehingga tidak bertebaran di mana-mana. Strategi ini juga dipilih demi mengatasi dekadensi moral, serta memperkecil korban lain yang terjerumus di dalamnya semaksimal mungkin. Kebijakan ini tentu saja pada awalnya mendapat penolakan keras dari berbagai kalangan, meski akhirnya tetap bisa berjalan setelah terjadi dialog. (Halaman 217-220)

Buku setebal 612 Halaman ini, memotret pengalaman sosok Ali Sadikin selama 11 tahun memimpin Jakarta. Dengan menggunakan kata “saya”, membaca buku ini seolah kita mendengarkan sosok Ali Sadikin berbicara secara langsung. Karya apik ini bukan sekedar untuk mengenang kepemimpinan Bang Ali di Jakarta semata, namun juga memberi gambaran sosok yang tepat untuk memimpin ibukota.

Sebagaimana yang disampaikan dalam pidato perpisahan pada sidang istimewa DPRD DKI Jakarta tanggal 5 Juli 1977, seluruh pengalaman yang dituangkan di dalamnya, diharapkan bermanfaat bagi para penerusnya, serta bagi siapa saja yang peduli dan memiliki kepentingan untuk Jakarta yang lebih baik. (Halaman 580-599)

Selain itu, menjelajahi halaman demi halaman buku ini, akan membawa pembaca pada masa lalu Jakarta sebagai puasat pemerintahan yang ternyata juga pernah menjadi tempat tinggal yang nyaman dan teratur. Dan bukanlah hal yang tidak mungkin, Jakarta akan kembali menjadi kawasan yang lebih baik daripada sekarang, tentu saja jika masyarakat Jakarta dapat memilih pemimpinnya secara tepat dalam pemiihan Gubernur putaran dua yang menanti di depan mata.      
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/96525

No comments:

Post a Comment