Thursday, April 14, 2011

Struktur Ajaib dalam al-Qur’an


Judul Buku: Miracle of The Qur’an
Penulis: Caner Taslaman
Penerjemah: Ary Nilandari
Penerbit: Mizan
Cetakan: Pertama, November 2010
Tebal: 482 Halaman


Masihkah diperlukan sebuah pembuktian ilmiah atas wahyu Tuhan yang di kalamkan kepada manusia? Apakah upaya tersebut dapat meyakinkan orang-orang yang meragukan dan bahkan mengingkarinya? Atau justru upaya tersebut menjadi blunder, mengingat rasionalitas manusia yang menghasilkan penemuan-penemuan ilmiah selalu berevolusi.

Pada prinsipnya agama, sebagai sistem yang dirancang oleh Allah, tidak mungkin bertentangan dengan hukum-hukum alam universal yang dicanangkan oleh Tuhan yang sama. Akan tetapi, kaum fundamentalistik fanatik, yang menganggap dirinya juru bicara Tuhan, dan ilmuwan ateistik ortodoks, berusaha sekeras-kerasnya untuk membuktikan dua hal tersebut secara kontradiktif.

Kondisi ini memunculkan keprihatinan pada diri Caner Taslaman. Keserasian agama dengan hukum-hukum Alam (sains) hendak dibuktikan oleh doktor kajian Filsafat dan Agama Universitas Marmara Turki tersebut dalam buku berjudul lengkap Miracle of The Quran: Keajaiban al-Qur’an Mengungkap Penemuan-penemuan Ilmiah Modern ini, dengan membedah kandungan al-Qur’an sebagai medium pembuktiannya.


Kehadiran buku setebal empat ratus delapan puluh dua halaman ini, seakan hendak “menantang” dua kutub ekstrimitas di atas. Dengan menggunakan ayat yang sama dibaca kaum fundamentalistik fanatik agama dipadukan dengan temuan-temuan atas kerja ilmiah yang lazim digunakan oleh seluruh kalangan saintifik, melahirkan sebuah konklusi mudah ditebak, bahwa sejatinya antara agama dan sains seiring sejalan.
Salah satu bukti yang disuguhkan oleh Taslaman adalah dalam Q.S. al-Rum; 3, yang meramalkan kekalahan Romawi di bagian terendah di muka Bumi. Ungkapan ayat adna al-ardh selama ini bisa diterjemahkan kalangan ulama konvensional sebagai “daerah yang dekat”, padahal menurut Taslaman terjemahan tersebut tidak mengungkapkan inti makna ayat, yang lebih tepat bermakna “bagian terendah di Bumi”.
Terbukti, sejarah mencatat bahwa peristiwa tersebut terjadi di Laut Mati, sebuah daerah yang diperkirakan berada empat ratus meter di bawah permukaan laut, sekaligus menjadikannya sebagai titik terendah di muka bumi, yang validitasnya baru terbukti beberapa millenium kemudian dengan ditemukannya teknik-teknik pengukuran permukaan Bumi yang canggih (hlm. 275).
Dengan demikian, upaya Taslaman untuk membuktikan mu’jizat al-Qur’an dapat tercapai, dengan pernyataan al-Quran empat belas abad yang lalu bukan sekedar meramalkan peristiwa yang akan terjadi di masa datang, namun juga secara terperinci dan jitu menunjukkan kondisi geologis peristiwa tersebut terjadi. Inilah bukti kebenaran al-Qur’an di mata sains, yang baru belakangan mampu memahaminya. 
Ketertinggalan sains atas al-Qur’an merupakan hal yang lumrah, mengingat pengetahuan al-Qur’an disajikan dengan bentuk yang berbeda dari buku-buku pada umumnya, yang berbasiskan metode ilmiah. Al-Qur’an mengikuti garis lurus dalam menyampaikan informasi, sementara pengetahuan yang disampaikan buku-buku sains kepada kita diperoleh setelah akumulasi data yang sangat lama.
Selain itu, informasi yang terkandung dalam al-Qur’an pada dasarnya turun dalam bentuk konklusif terkadang misterius, dan tugas manusia menemukan formulasi yang tepat untuk memahaminya. Berbeda dengan sains, yang harus melalui proses empirik mapun penelitian hingga ditemukan sebuah kesimpulan.   

Misteri Angka 19
Selain mengupas tujuh puluh tema al-Qur’an yang dihubungkan dengan penemuan sains terkini, Taslaman juga menyuguhkan lima puluh keajaiban matematis al-Qur’an dalam konkordansi leksikal. Namun yang membuat buku ini istimewa adalah sajian bagi pembacanya dengan menyuguhkan jamuan berupa struktur ajaib dalam al-Qur’an yang dihasilkan angka sembilan belas.
Mengapa sembilan belas ? karena angka ini merupakan bilangan prima yang memiliki sifat menarik. Dalam al-Qur’an, terdapat angka selain sembilan belas, tetapi kebanyakan digunakan selain kata sifat. Namun dalam surat al-Mudatstsir, angka sembilan belas ditekankan dengan pernyataan ayat, Di atasnya ada 19 dan ayat yang ke-31 yang menjelaskan fungsi serta tujuan bilangan 19.  
Ayat 31 dalam surat al-Muddatstsir ini sedemikian istimewa bukan hanya karena panjangnya yang di atas rata-rata ayat lain, namun dalam ayat inilah keajaiban 19 dapat dibuktikan. Misalnya, ayat ini terdiri dari 57 kata (19x3), sementara ayat sebelumnya terdiri dari 3 kata. Jika dikalikan 3 kata dengan angka 19 yang terdapat dalam ayat 30, maka hasilnya adalah 57, jumlah kata yang terdapat dalam ayat 31!
Menurut Taslaman, hal inilah yang menjadi bukti paling kuat atas mu’jizat al-Qur’an yang tidak dapat ditiru oleh siapapun. Lalu mengapa harus matematika? Seraya mengutip ucapan Galileo, Ia menyatakan bahwa matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan untuk menuliskan jagat raya. Taslaman berasumsi hal ini untuk memelihara bukti kebenaran al-Qur’an itu sendiri. (halaman. 372)
Sebagai Mu’jizat kenabian Muhammad, saw. Keajaiban yang terkandung dalam al-Qur’an, ditujukan untuk semua generasi umat manusia mengingat posisi Muhammad sendiri sebagai nabi akhir zaman. Ia menyapa pada berbagai etnis, budaya, tradisi, dan lingkup sosial serta harus menjadi problem solver bagi aras global. Sayangnya, Taslaman lebih tertarik untuk mendedah mu’jizat al-Qur’an dari sisi sains sehingga wilayah sosial tidak tergarap. Dengan kata lain, (berdasarkan disiplin keilmuannya) ia lebih tertarik untuk menunjukkan keajaiban al-Qur’an kepada yang meragukannya dibanding mengupas tawaran-tawaran solutif al-Qur’an atas problematika kekinian.
Selain itu, menyajikan buku dengan merengkuh sebanyak mungkin tema membuat bahasan kurang mendalam, ditambah dengan absennya rujukan berupa catatan kaki membuat pembaca kesulitan melacak referensi yang digunakan penulis, meskipun terdapat daftar pustaka di bagian akhir buku, toh tetap saja sulit membedakan mana orisinalitas pemikiran Taslaman dan hasil kutipan.        
Meski demikian hal tersebut tidak mengurangi substansi buku ini, yang  mengajak kita untuk mempelajari ayat-ayat Allah, sebuah perjalanan yang akan membawa pembacanya menjelajah mulai dari dasar lautan hingga ketinggian angkasa, dari penciptaan alam semesta hingga penemuan termutakhir tentang pilar-pilar langit, dari embrio hingga kehidupan lebah, dan dari pertanyaan filsafat paling mendasar hingga persoalan fisika paling rumit.

2 comments:

  1. Assalamu'alaikum... apa kabar bung Noval? bolehkah saya mengcopy sebagian resensi buku bung Noval yang berkaitan dengan islam?

    ReplyDelete
  2. wa alaikum salam wr. wb....demi kemaslahatan dan berbagi pengetahuan, silahkan.....terima kasih....

    ReplyDelete