Penulis: Ann Wan Seng
Penerbit: Noura
Cetakan: Maret 2014
Tebal: 210 Halaman
Dominasi
orang Tionghoa di bidang ekonomi tidak terbantahkan, termasuk di kawasan Asia
Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia misalnya, nama-nama
seperti Liem Sie Liong, Alim Markus, James Riady tidak asing di telinga sebagai
para pengusaha sukses. Sedangkan di Malaysia nama Lim Goh Tong dikenal hampir
di seluruh negeri jiran tersebut.
Lalu apa
yang membuat dominasi mereka begitu kuat dan sulit dipatahkan ? Hal ini
disebabkan hubungan perdagangan di antara mereka begitu erat sehingga tidak
dapat dipisahkan. Sikap seperti itu, bagi orang Tionghoa dianggap sebagai sikap
patriotik. Setidaknya demikian menurut Ann Wan Seng dalam buku berjudul Rahasia Bisnis Orang China ini.
Sebuah buku
yang memotret keberhasilan bisnis orang-orang Tionghoa di Malaysia serta
membongkar rahasia dan petuah dagang yang mereka pegang dan simpan dalam-dalam
dalam sanubari. Ditulis pengusaha sekaligus kolumnis yang artikel bisnis dan
ekonominya kerap muncul di koran dan majalah ternama Malaysia.
Orang Tionghoa
adalah bangsa yang paling fleksibel, mudah berubah, dan menyesuaikan diri
dengan keadaan yang bagaimanapun. Mereka dapat hidup dan mencari makan di
manapun mereka berada. Orang Tionghoa juga senantiasa berpandangan jauh ke
depan dan tidak membiarkan keadaan menjadi statis. Sehingga tidak heran, jika
usaha mereka senantiasa berkembang.
Perdagangan
adalah dunia orang Tionghoa. Mereka percaya bahwa hanya dengan berdaganglah
mereka dapat kaya dan meningkatkan taraf hidup. Persepsi orang Tionghoa terhadap
perdagangan sangat positif. Pedagang dianggap sebagai golongan yang matang dan
sering dijadikan tempat rujukan. Ada juga yang diangkat menjadi pemimpin
masyarakat, kelompok, dan partai politik. Sedangkan yang bekerja dan mendapat
gaji dianggap belum dewasa. (Halaman 9)
Salah satu
kekuatan yang memotivasi orang Tionghoa untuk berdagang adalah ajaran
Konfusianisme yang menekankan pentingnya menjaga keturunan serta mengharumkan
nama keluarga dan memuliakan orangtua. Salah satu cara menunjukkan rasa hormat
dan menjaga martabat keluarga tersebut adalah dengan menjadi kaya. Dan
satu-satunya cara agar cepat kaya adalah berdagang.
Meski kasih
sayang dan kepatuhan tidak dapat dinilai dengan uang, namun kekayaan akan dapat
memberikan kebahagaiaan dan meningkatkan status sosial keluarga dalam masyarakat.
Menjadi kaya dan sukses dalam perdagangan atau pendidikan, menjadi jalan bagi
orang Tionghoa untuk membalas segala pengorbanan serta jasa ibu-bapaknya.
Rahasia
kesuksesan dagang orang Tionghoa adalah karena tidak membatasi diri dalam
menggeluti bidang perdagangan. Uang tidak pernah dijadikan penghalang. Asal ada
kemauan, pasti ada jalan. Tidak ada rahasia dalam perdagangan mereka, kecuali
berani mencoba dan berbuat. Jika berbuat, laksanakan dengan sepenuh hati dan
sampai berhasil dengan bekerja lebih giat lagi. (Halaman 73)
Demi
berhasil dalam perdagangan, mereka tak segan belajar dari bawah. Pengalaman
adalah guru terbaik bagi seorang pedagang. Seorang pedagang juga harus
menguasai teknik berkomunikasi yang mengesankan dan memahami psikologi serta keinginan
pasar. Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui perdagangan dan usaha dagang
yang dijalankan secara kecil-kecilan.
Demikianlah
cara orang Tionghoa melatih naluri bisnisnya. Mereka membangun dasar
perdagangan melalui perdagangan toko ritel sebagai landasan awal untuk memulai
perdagangan. Toko-toko ritel tersebut menjadi kekuatan sehingga memungkin
mereka menguasai bidang ekonomi di sebuah negara.
Konsep
berdagang bagi orang Tionghoa adalah bekerja sendiri. Dengan bekerja sendiri,
seseorang dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya. Keberhasilan dan masa
depannya ditentukan oleh usaha, kerja keras, serta inisiatifnya. Karena seorang
pedagang haruslah berani, kreatif, tidak mudah mengalah, dan mau mencoba. Untuk
mempertahankan hidupnya, seorang pedagang tidak punya pilihan lain kecuali
memeras segala tenaga dan keringatnya. (Halaman 148)
Melalui buku
setebal 210 halaman ini, penulisnya berharap dapat membuka satu
dimensi baru dan meluruskan orientasi pemikiran pembaca agar dapat melihat bidang
perdagangan bukan saja sebagai satu bidang yang menguntungkan, melainkan juga
memberikan harapan serta menjadi upaya untuk merealisasikan segala impian.
Selain
itu, stigma terhadap komunitas dan orang Tionghoa, terutama di Indonesia, yang selama
ini lebih sering terkesan negatif karena menganggap kekayaan yang mereka
peroleh hanya melalui monopoli dan koneksi semata dapat terhapus. Faktanya,
mereka juga memerlukan kerja keras dan proses yang panjang untuk menghimpun
kekayaan.
No comments:
Post a Comment