Koran Sindo, 15 Juni 2014
Judul Buku: Perjuangan dan Pengabdian Presiden Termiskin
Penulis: Zaenuddin HM
Penerbit: Kreasi Kata
Cetakan: I, Mei 2014
Tebal: 262 Halaman
Sejatinya
seorang presiden bukan hanya pengelola administrasi dan penentu kebijakan
negara dengan tujuan utama memakmurkan dan mensejahterakan rakyatnya. Lebih
dari itu, seorang pemimpin juga harus menjadi sumber teladan bagi rakyat yang
dipimpinnya. Mulai gaya hidup hingga sepak terjang mereka sehari-hari.
Jika perilaku
presiden sebagai pemimpin kerap mengumbar kebohongan dan janji yang tidak
pernah ditepati, maka tidak mengherankan jika rakyat akan menilainya negatif. Bila
kehidupan pemimpin terkesan glamour dan penuh kemewahan padahal rakyat yang
dipimpinnya banyak yang hidup susah bahkan susah hidup, maka kegagalanlah yang
akan dituainya.
Sebaliknya,
jika seorang pemimpin mampu memberi contoh yang nyata kepada rakyatnya dengan
sikap hidupnya yang sederhana dan apa adanya, bukan karena faktor pencitraan
demi menarik simpati atau suara rakyat, melainkan sebagai sebuah filosofi hidup
yang dihayati, serta memberi bukti-bukti konkrit atas apa yang dijanjikannya, maka
simpati dan cinta dari rakyat akan mengalir deras kepadanya.
Setidaknya
saat ini dunia mengenal empat sosok yang begitu dicintai rakyatnya dan dikagumi
dunia secara luas. Mereka adalah: Jose Alberto
Mujica Cordano, Mahmoud Ahmadinejad, Nelson Rolihlahla Mandela, dan Hugo Chavez. Siapa
dan bagaimanakah sikap dan gaya hidup keempat presiden tersebut ? Buku berjudul Perjuangan & Pengabdian Presiden
Termiskin ini, berusaha memotret keempat sosok tersebut dan menghadirkannya
ke hadapan para pembaca.
Mahmoud Ahmadinejad lahir dengan nama Mahmud
Sabourijan pada 28 Oktober 1956. Anak keempat dari tujuh bersaudara. Tidak ada
yang istimewa dari masa kecilnya, sebagaimana anak-anak dari keluarga miskin
Iran. Dia menggemari sepakbola dan pintar matematika. Juga dikarunia suara yang
merdu sehingga ketika berpidato di antara para aktivis mampu mengundang decak
kagum para pendengarnya.
Saat berumur satu tahun, keluarganya pindah
ke Teheran. Lantas nama “Sabourijan” yang berarti Pelukis Karpet diganti
menjadi “Ahmadinejad” yang artinya ras yang unggul, bijak dan paripurna.
Boleh jadi pergantian tersebut dilakukan sang ayah dengan harapan lingkungan
dan nama yang baru dapat merubah nasib anaknya kelak. (halaman 97)
Karir politiknya dilalui dengan menjadi wakil
gubernur dan gubernur Maku dan Khoy, lalu menjadi gubernur Ardabil dan enam
tahun kemudian terpilih menjadi Walikota Teheran. Dan setelah dua tahun menjadi
Walikota Teheran, Ahmadinejad kemudian ikut mencalonkan diri sebagai kandidat
presiden dalam Pemilu Iran.
Ahmadinejad akhirnya terpilih menjadi
Presiden keenam Iran pada 3 Agustus 2005, dengan mengalahkan para pesaingnya
dari kalangan ulama dan politisi yang memiliki dana besar. Kekaguman rakyat
Iran dan dunia terhadap sosok ini bukan hanya karena keberaniannya menentang
hegemoni negara adikuasa, namun juga karena sikap hidupnya nan penuh sederhana.
Sikap tersebut telah ditunjukkan jauh hari sebelum ia menjadi presiden, bahkan sebelum menjabat sebagai Walikota Teheran.
Kesederhaaan melekat erat dalam kepribadian sosok bertubuh kurus kecil
tersebut, sehingga bukan sebuah hipokrisi yang ditampilkan di layar televisi semata.
Saat pertamakali menghuni kantor
kepresidenan, Ahmadinejad mencopot karpet-karpet mewah dan mahal di Istana
Negara dan menyumbangkannya ke masjid-masjid di Teheran. Sedangkan karpet
istana digantinya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan. Selama menjadi
orang nomor satu Iran, dia memilih tinggal di rumahnya sendriri yang sederhana.
(Halaman 165)
Sikap lebih ekstrim lagi ditunjukkan oleh
sosok bernama lengkap Jose Alberto Mujica Cordano atau lebih popular dengan
nama Jose Mujica. Presiden Uruguay kelahiran 20 Mei 1935 yang terpilih pada
tahun 2010 ini, bahkan menyumbangkan 90% gajinya untuk orang-orang miskin yang
membutuhkan.
Jumlah harta kekayaannya pun terbilang kecil.
Pada tahun 2010, total kekayaan Mujica hanya sekitar seribu dollar atau setara
dengan 11 juta rupiah. Uang sebanyak itu hanya bisa digunakannya untuk membeli
sebuah mobil VW Beetle keluaran tahun 1987, yang kemudian menjadi satu-satunya
kendaraan pribadi yang selalu digunakan baik untuk kepentingan pribadi maupun
dinas Negara.
Sebagaimana Ahmadinejad, gaya hidup sederhana
sudah menjadi filosofi hidup Mujica. Bahkan ketika masih menjadi anggota
parlemen, sebelum ia memutuskan untuk maju sebagai Presiden, Mujica hanya
menggunakan motor vespa sebagai alat transportasi ke gedung parlemen. Hebatnya,
dia tidak pernah merasa malu dan minder dengan sikapnya tersebut. (Halaman 43)
Selain dua orang tersebut, dunia juga
mengenal nama Hugo Chavez, Presiden Venezuela dan Nelson Rolihlahla Mandela,
pemimpin Afrika Selatan sebagai sosok-sosok yang sikapnya merakyat dan
sederhana. Pembelaan Madela atas kaumnya bahkan harus dibayarnya dengan
merasakan dinginnya ruangan berukuran sempit selama 18 tahun.
Perlakuan kejam dari rezim apartheid Afrika
Selatan berakhir setelah rezim tersebut runtuh. Dan pada Pemilu 1994, Mandela
menjadi Presiden terpilih Afrika Selatan. Meski demikin, gaya hidupnya tidak
pernah berubah. Ia tetap dikenal sebagai sosok yang sederhana dan mau bergaul
dengan siapa saja. (Halaman 204)
Selain memiliki benang merah yang sama: para
presiden yang memiliki filosofi hidup yang sederhana dan begitu merakyat,
persamaan lain dari keempat tokoh yang ada dalam buku setebal 262 halaman ini
adalah keempatnya merupakan para pemberani yang kerap vokal terhadap hegemoni
negara-negara maju, terutama Amerika. Keempatnya, tipe pemimpin yang
mendahulukan kepentingan rakyat di atas segala-galanya.
No comments:
Post a Comment