Judul Buku: Apartemen 666
Penulis: Sybill Affiat
Penerbit: Stiletto
Cetakan: I, Januari 2013
Tebal: 202 Halaman
KORAN SINDO
(17/03/2013) memberitakan fenomena keterkaitan antara novel-novel best seller yang melahirkan film-film
laris. Novel yang laku keras di pasaran, ternyata menjadi garansi kesuksesan
ketika diadaptasi dan diangkat ke layar lebar menjadi film yang diputar di
bioskop. Laskar Pelangi dan Ainun & Habibie menjadi bukti akan
hal itu.
Menariknya,
tidak satu pun film bergenre horor masuk di dalamnya. Rupanya novel dengan
genre ini belum memiliki daya tarik yang cukup untuk diadaptasi menjadi sebuah
film yang laris. Dengan kata lain, salah satu penyebabnya bisa jadi lantaran
belum ada satu pun buku yang menawarkan kisah keberadaan makhluk dunia lain ini
sukses menjadi best seller di
Indonesia.
Padahal,
jalinan cerita yang menegangkan, perjuangan seorang anak manusia dalam
mengatasi persoalan hidupnya, kasih sayang, perjuangan melawan kejahatan serta
nilai-nilai spiritualitas kerap kita jumpai dalam novel-novel horor, tentu saja
selama pembaca pintar menarik makna dalam cerita. Termasuk dalam novel berjudul
Apartemen 666 ini.
Bercerita
tentang sosok Samara, seorang asisten direktur yang hanya dalam satu hari
kehilangan pekerjaannya alias dipecat oleh perusahaan tempatnya mendedikasikan diri selama dua tahun penuh.
Tanpa alasan yang jelas, setelah cuti selama dua bulan karena harus merawat
sang ibu yang sakit hingga meninggal, pekerjaannya digantikan oleh Shanti,
perempuan muda yang menjadi pegawai temporer menggantikannya.
Dengan
berlinang air mata serta gelegak amarah dan dendam terhadap Ridwan, atasannya,
Samara meninggalkan kantor. Kehidupannya semakin terpuruk setelah Bisma sang
suami, belum juga memperoleh pendapatan yang cukup untuk sekedar membayar rumah
kontrakan sederhana yang mereka tinggali. Keduanya akhirnya pindah ke tempat
yang lebih murah.
Selama tiga
bulan, Samara melamar kerja ke berbagai perusahaan namun hasilnya nihil. Usaha
membuat kue yang dicobanya pun gagal total. Ia kemudian teringat sebuah iklan
lowongan pekerjaan yang diberikan oleh Ridwan, melalui Sam, Kepala Bagian
Personalia di perusahaannya dulu, yang di selipkan dalam amplop bersama surat
rekomendasi, surat pengunduran diri, dan uang pesangon.
Samara pun
mencoba melamar pekerjaan ke PT Desain Jaya Leana atau disingkat DJL. Siapa
sangka, nasib baik seolah sedang menghampirinya. Selain diterima bekerja
sebagai personal assistant di
perusahaan properti tersebut, Samara juga oleh Lea, pemimpin perusahaan, diberi
fasilitas ekslusif berupa apartemen DJL nan mewah lengkap dengan isinya. Sebuah
gedung yang dibangun pada tahun 1666.
Babakan
baru dalam hidup Samara dan Bisma pun dimulai. Dari keluarga yang hampir
bangkrut dan tidak punya apa-apa, menjadi orang yang sangat berkecukupan secara
materi dengan gaya hidup glamour. Namun, siapa
sangka, apartemen megah tersebut menyimpan sejuta misteri yang perlahan tapi
pasti menyibak tabir gelap masa lalu Samara serta nenek moyangnya.
Dimulai dengan kemunculan sosok perempuan tua renta disertai
bisikan-bisikan parau yang memperkenalkan dirinya sebagai Nyimas Ayu. Belakangan
diketahui, sosok tersebut merupakan arwah gentayangan nenek moyang Samara yang bermaksud
mengingatkan agar ia segera meninggalkan apartemen tersebut.
Alasannya, keberadaan apartemen 666 yang mewah itu, ternyata perangkap yang
dipasang oleh Surtikanti, ibu Nyimas Ayu sendiri. Tempat itu memiliki
keterkaitan historis dengan sosok Surtikanti yang telah hidup ratusan tahun
yang lalu, tepatnya pada tahun 1810. Seorang gadis cantik hasil hubungan
terlarang antara serdadu Belanda dengan gadis pribumi penembang Jawa, Mayang.
Surtikanti yang ditinggal ayahnya kembali ke negeri Belanda, hanya hidup
berdua dengan sang ibu yang dikucilkan oleh penduduk desa. Nasib buruk tak
berhenti disitu, Surtikanti pada usia 16 tahun diperkosa beramai-ramai oleh
para pemuda desa yang tergoda akan kecantikannya. Dendam membara di dadanya,
sedangkan perutnya semakin membesar mengandung jabang bayi akibat perbuatan
bejat tersebut.
Ia kemudian melarikan diri ke hutan belatara, rela bersekutu dengan
penguasa kegelapan demi melampiaskan dendamnya, bukan hanya kepada para pemuda pemerkosanya,
tapi seluruh penduduk desa serta keturunannya. Selain untuk balas dendam,
mereka dijadikan tumbal sebagai bentuk persembahan dan pengabdian kepada tuan
sejati yang telah memberinya segalanya.
Ritual bersetubuh dengan calon korban, dan menghisap sari pati kehidupan
mereka hingga meninggal dijalani Surtikanti dan anak keturunannya. Hasilnya,
bukan hanya menghasilkan kekayaan yang melimpah, namun juga umur panjang hingga
ratusan tahun. PT DJL selain berarti Desain Jaya Leana ternyata memiliki singkatan lain, yaitu Dajal.
Surtikanti yang hidup pada awal abad 19, ternyata masih hidup dua abad
kemudian, dengan penampilan tetap cantik dan anggun. Bersama para pengikutnya,
ia terus mengincar para korban. Samara, yang nota bene masih keturunan Surtikanti dirayu agar bersedia menjadi
pengikutnya yang setia, dengan iming-iming kekayaan dan awet muda. Sebuah
tawaran yang nampaknya sulit ditolak oleh orang yang kadung telah terbiasa
dengan gaya hidup mewah.
Kehadiran
buku setebal 202 halaman ini, semakin memperkaya kisah-kisah
bertemakan horor yang memang memiliki penggemar sendiri di berbagai belahan
dunia, termasuk Tanah Air.
Meski tidak
selaris versi visual (film, sinetron, acara tv), atau novel-novel dengan genre
motivasi. Namun eksistensinya tidak dapat dipandang sebelah mata. Karena
melalui karya semacam ini, realitas pembaca dan masyarakat Indonesia yang
beragam dapat terbaca.
Dengan kata
lain, keberadaan novel horor bukan hanya sebatas media kanalisasi para penulis
serta pembaca yang menggemari karya semacam ini, namun juga menjadi bacaan
alternatif di tengah kepungan para penulis mainstream yang saat ini tengah merajai
dunia perbukuan Indonesia. Apakah karya ini akan berhasil menjadi best seller atau tidak ? itu sepenuhnya
urusan Tuhan dan selera pasar.
Menurutku masih banyak potensi yg bisa dikembangkan dlm buku ini. Harusnya plotnya bisa lebih menarik dan banyak tokoh yg karakterisasinya perlu diperdalam. Untuk sementara buku ini masuk kategori biasa aja.
ReplyDeleteyups... dengan kata lain, harusnya novel ini bisa jauh lebih tebal dari yang saat ini... kita tunggu saja, barangkali penulisnya membuat sekuelnya ... terima kasih...:-)
Deleteemail resensi koran sindo apa sih mas? boleh berbagi?
ReplyDeleteterimakasih,
emailnya ranggarai@yahoo.com, silahkan...
Delete