Judul Buku: Tuhan dalam Otak Manusia
Penulis: Taufiq Pasiak
Penerbit: Mizan
Cetakan: I, 2012
Tebal: 473 Halaman
Selama ini, spiritualitas hanya dianggap menjadi urusan
para ruhaniawan dan hanya masuk dalam wilayah agama. Konsekuensinya, segala
ihwal yang berkaitan dengan spiritualitas hanya menjadi tanggung jawab pemuka
agama.
Padahal, pada awal perkembangannya, ilmu kedokteran dan
spiritualitas merupakan dua hal yang berjalan bersama-sama. Dokter pada masa
lalu, juga sekaligus seorang figur religius, sehingga tidak hanya melayani
praktek-praktek medis, namun juga spiritualitas.
Para pendeta atau ulama merupakan para penyembuh yang
melakukan praktek pengobatan dengan menggunakan ilmu kedokteran dan agama
secara bersama-sama. Pada masa awal kekristenan, kelompok-kelompok religius
mendirikan rumah sakit yang jejaknya masih terlihat hingga kini. Islam juga
memainkan peranan penting dalam perkembangan ilmu kedokteran awal.
Ibnu Sina atau Avicenna adalah contoh seorang dokter yang
nota bene dinyatakan sebagai sebagai
salah seorang perintis awal neuropsikitri, juga seorang yang expert dalam bidang astronomi,
farmakologi, kimia, psikologi, dan teologi. Dia juga perintis eksperimentasi
dan kualifikasi dalam fisiologi, kedokteran eksperimental, kedokteran berbasis
bukti (evidence based medicine),
percobaan klinis (clinical trials),
dan penemu asal-muasal penyakit infeksi. (Halaman 263)
Buku berjudul lengkap Tuhan dalam Otak Manusia;
mewujudkan kesehatan Spiritual Berdasarkan Neurosains ini, berusaha mendedah definisi dan urgensi
kesehatan spiritual dengan menggali dan mengurai hubungan antara otak manusia
dengan sikap keberagamaannya, serta pengaruh keimanan terhadap kesehatan.
Neurosains adalah ilmu yang mempelajari sistem saraf,
terutama mempelajari neuron atau sel saraf, dengan menggunakan pendekatan
yang multidisiplin. Karena berkaitan dengan perilaku, maka neurosains dapat
dikatakan sebagai ilmu yang menjelaskan hubungan otak dan pikiran (brain-mind connection), atau jiwa dan
badan. Disiplin ilmu ini diyakini mampu menjembatani kesulitan studi tentang
tubuh-jiwa manusia. (Halaman 132)
Sedangkan neurosains spiritual merupakan bidang
neurosains yang mengkhususkan diri pada penelitian tentang aspek-aspek
neurobiologis dari pengalaman spiritual. William James dapat dikatakan sebagai
pemula dalam bidang ini ketika menyinggung hubungan neurologi dan agama.
Sejalan dengan canggihnya alat-alat penelitian, neurosains spiritual berkembang
secara cepat dan memfokuskan perhatiannya pada kinerja otak hidup dan memasuki
wilayah molekuler.
Penelitian yang dilakukan oleh Sylvia Mohr dan
kawan-kawan terhadap penderita skizofrenia, dalam kaitan dengan penggunaan
pendekatan spiritualitas, memberikan bukti bahwa aspek spiritualitas memberikan
kontribusi dalam penyembuhan. Salah satu kesimpulan penelitian tersebut bahwa
spiritualitas seharusnya menjadi bagian terpadu dalam dimensi psikososial
penyembuhan.
Selain itu, banyak data menunjukkan bahwa kepercayaan dan
praktek keagamaan (spiritualitas) dapat memperbaiki kesehatan mental dan emosi
dengan berbagai cara. Bukti-bukti menunjukkan bahwa mereka yang mempraktekkan
keyakinan religius lebih kecil kemungkinan untuk menderita depresi dan
kecemasan. Praktek-praktek religius, pada umumnya meghasilkan akibat psikologis
yang positif. (Halaman 230)
Dalam sejumlah riset diketahui bahwa terdapat 81%
frekuensi kegiatan spiritualitas seperti pelayanan Gereja, Sinagoge dan Masjid
memiliki hubungan positif dengan status kesehatan dan peyakit fisik. Sisanya,
19% riset menunjukkan adanya hubungan positif meskipun secara statistik tidak
bermakna.
Orang yang terlibat aktif dalam kegiatan religius juga
diketahui memiliki tekanan darah yang lebih rendah. Angka hipertensi yang
dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas juga menunjukkan hubungan positif
dengan kegiatan spiritual. Spiritualitas juga membuat seseorang mencintai
ketenangan, memiliki keyakinan diri dan tujuan hidup jelas, yang dapat
melindungi dari penyakit jantung koroner.
Buku setebal 473 Halaman ini, memberikan penjelasan
secara komprehensif ihwal cara kerja otak dalam kehidupan beragama. Bukan hanya
itu, karya pakar neurosains terkemuka Indonesia ini memberikan contoh-contoh
pengukuran ilmiah tentang tingkat spiritualitas kepada para pembaca, sehingga
diharapkan pembaca memiliki cara serta parameter untuk mengukur tingkat
spiritualitas yang dimiliki masing-masing.
salam kenal. Apa yang Anda tuliskan sangat bermanfaat dan memberi cakrawala pengetahuan baru bagi pembaca.
ReplyDeletebicarabahasaindonesia.blogspot.com