Penulis: Achmad Su’udi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Juni 2010
Tebal: xv+196 halaman
Harga: Rp. 35.000.
Tak terasa, perhelatan akbar, Piala Dunia 2010, di Afrika Selatan telah berakhir.
Olah raga, yang ditahbiskan, terpopuler sejagat ini meski kerap dianggap sebagai bentuk penyaluran akan kebuasan, keserakahan dan hasrat akan kekuasaan manusia, namun tidak menyurutkan para penggilanya untuk setia menyaksikan setiap pertandingan.
Fanatisme ini dapat terlihat misalnya di beberapa negara, seperti Inggris dan Argentina, sepak bola bahkan sudah dianggap sebagai agama. Sebuah gambaran yang merefleksikan betapa kuatnya pengaruh sepak bola dalam kehidupan nyata.
Konon, permainan ini telah ada sejak 2500 sebelum masehi. Pada zaman Kaisar Tzu Chu di China, sepak bola bahkan selalu dipertandingkan setiap menyambut hari ulang tahun Kaisar.
Merambah Inggris pada Abad ke-12, sedangkan rakyat Italia mulai menggemari sepak bola tiga abad kemudian, dengan 27 pemain untuk setiap tim. 33 tahun kemudian Inggris membentuk The Football Association pertama di dunia.
Tahun 1872 pertandingan pertama dunia digelar, yang mempertemukan Inggris dan Scotlandia, tetapi baru pada 1908, sepak bola secara resmi dipertandingkan sebagai salah satu cabang olah raga dalam Olimpiade.
Sedangkan Piala Dunia, pertama kali digelar di Uruguay pada tahun 1930, yang diikuti sebanyak 13 tim nasional dengan keberhasilan tuan rumah menggondol gelar jawara pertama.
Meski bagi kebanyakan orang sepak bola hanya sebatas permainan, namun bila dicermati lebih jauh ternyata sepak bola memiliki nilai-nilai yang sebangun dengan prinsip-prinsip bisnis dan agama.
Dalam pertandingan sepak bola, misalnya setiap tim dituntut untuk menang, dengan syarat menjunjung sportifitas atau yang biasa dikenal fairplay, yang harus selalu ditegakkan oleh seluruh pemain dan tim.
Sebuah tim diperbolehkan menggunakan berbagai strategi dan formasi maupun gaya permainan berbeda, entah defensif maupun ofensif, yang diyakininya akan membawa pada kemenangan, tetapi semuanya harus dalam aturan main yang telah ditetapkan.
Demikian pula dengan agama. Ada aturan dan larangan yang harus ditaati setiap umatnya demi kebahagiaan setiap insan. Ada perkara halal yang boleh dikerjakan dan haram yang harus dihindari demi menjaga kesinambungan hidup di dunia dan bahagia di akhirat. (halaman, 70).
Bila kita melanggar aturan dalam permainan sepak bola, ada beragam sanksi yang dijatuhkan oleh wasit pertandingan terhadap pemain, tergantung tingkat kesalahan pemain. Begitu pula dalam konteks beragama.
Hal yang sama dalam dunia bisnis, meski yang dikejar adalah keuntungan secara finansial tetapi hal itu harus dalam frame mengikuti aturan yang berlaku, misalnya yang ditetapkan oleh negara.
Dimensi lain yang dapat dipelajari dari sepak bola adalah mengenai komitmen atau yang populer disebut profesionalitas para pemainnya.
Ketika pemain sudah berkomitmen untuk bermain dengan klub, dia akan berusaha untuk bersifat profesional dalam bertanding. (halaman. 104). Tidak peduli lawan yang dihadapinya lebih kuat atau mantan klubnya sendiri.
Demikian pula ketika bekerja pada sebuah perusahaan, sebagai bentuk profesionalisme karyawan harus mengikuti aturan main perusahaan tersebut dengan tujuan meningkatkan income perusahaan dan mengalahkan semua kompetitornya.
Buku ini, mampu mematahkan asumsi kebanyakan orang yang memandang sepak bola hanya sebatas permainan dan hiburan semata. Padahal di dalamnya ternyata terkandung nilai-nilai spiritualitas yang tinggi dan filosofi bisnis yang luhur, yang sering terlewatkan oleh “mata” biasa.
Kejelian Su’udi, penulisnya, patut diapresiasi sebagai sebuah upaya agar menonton maupun bermain sepak bola tidak dimaknai sekedar permainan olah raga, namun merupakan simbolisasi atas pertandingan yang sesungguhnya dalam kehidupan nyata.
No comments:
Post a Comment