Judul : 50 Great Business Ideas
from Indonesia
Penulis: M. Ma’ruf
Penerbit : Hikmah, Jakarta
Tahun : I, Januari 2010
Tebal : 328 halaman
Harga : Rp.64.000
“Apa pun makanannya, minumnya teh botol Sosro.” Jargon tersebut nyaris menghiasi seluruh rumah makan di seantero Nusantara, bahkan kerap ditayangkan media massa, baik cetak maupun elektronik, sehingga akrab di mata dan telinga kita.
Orang mungkin sulit membayangkan bahwa kemasan teh botol yang kita kenal saat ini lahir hanya dari sebuah strategi pasar untuk mengatasi merosotnya harga teh secara terusmenerus.
Penemunya, Sosrodjojo, pertama kali menjualnya pada 1940 dalam kemasan teh kering siap saji bermerek dari sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Slawi, ke sejumlah pasar di sana secara eceran.
Namun, konsumen tidak begitu memedulikan cara meracik teh yang baik sehingga menenggelamkan teh yang sebetulnya berkualitas bagus tersebut.
Dari sinilah ide membotolkan teh tersebut muncul. Menurut satu versi, ide pembotolan tersebut muncul diilhami oleh kebiasaan anak sekolah di Slawi yang kerap membawa minuman teh dalam botol.
Ide itu juga muncul akibat kegagalan promosi teh tersebut ketika ekspansi ke Jakarta oleh anak-anak Sosrodjojo pada 1953.
Hasilnya, ternyata konsumen lebih yang menyukai ide pembotolan itu mengingat kepraktisannya dan mungkin juga karena cita rasa tehnya mampu dipertahankan hingga saat ini. Kini, kekaisaran bisnis Sosrodjojo telah memasuki generasi ketiga.
Meski dikepung oleh merek-merek teh yang disokong perusahaan-perusahaan global legendaris semacam Coca-Cola dan Pepsi, Teh Botol Sosro tetap menguasai 80 persen pasaran minuman sejenis dan menyisakan 20 persen lainnya bagi merek saingan, sebuah dominasi yang mereka pertahankan mulai tahun 1984. Taksiran aset yang dimiliki perusahaan saat ini konon mencapai 10 triliun rupiah lebih (halaman 24).
Berbeda dengan kisah Sosrodjojo membangun perusahaan tehnya, Liem Sioe Liong dengan Indofood-nya merupakan fenomena lain mengenai gurita bisnis di Indonesia.
Liem merupakan legenda hidup seorang perantau asal China yang kemudian mengalami status sebagai orang terkaya di Asia dan masuk seratus besar dunia.
Ia kemudian mengganti namanya menjadi Sudono Salim. Cikal bakal Indofood adalah ketika Salim, pemilik Sarimi, meruntuhkan Supermie, penguasa mi instan saat itu, dengan cara melakukan aliansi bersama pemilik Indomie, mendirikan Indofood Interna Coorporation pada 1984.
Aliansi itu beberapa saat kemudian berakhir dengan aksi pencaplokan yang dilakukan Salim atas Indomie.
Dua tahun kemudian, giliran Supermie, sang penantang utama, yang diambil alih Salim. Kini, Indofood dikuasai sang putra mahkota, Anthoni Salim, dan menantunya, Franciscus Welirang.
Meski dalam enam tahun terakhir pangsa pasar Indofood mulai tergerogoti dua produk mi baru, Mie Sedap keluaran Wings Food dan Mie Kari milik Orang Tua Grup, Indofood tetap dianggap sebagai raksasa.
Buku ini mengulas lima puluh perusahaan yang dianggap sukses di Indonesia. Dengan memilah sembilan kategori usaha, buku ini menjadi lebih mudah dicerna dan dibaca.
Penulis buku ini, memilah lebih berdasarkan awal proses terbentuknya perusahaan sehingga memiliki kesan mendalam bagi pembacanya.
from Indonesia
Penulis: M. Ma’ruf
Penerbit : Hikmah, Jakarta
Tahun : I, Januari 2010
Tebal : 328 halaman
Harga : Rp.64.000
“Apa pun makanannya, minumnya teh botol Sosro.” Jargon tersebut nyaris menghiasi seluruh rumah makan di seantero Nusantara, bahkan kerap ditayangkan media massa, baik cetak maupun elektronik, sehingga akrab di mata dan telinga kita.
Orang mungkin sulit membayangkan bahwa kemasan teh botol yang kita kenal saat ini lahir hanya dari sebuah strategi pasar untuk mengatasi merosotnya harga teh secara terusmenerus.
Penemunya, Sosrodjojo, pertama kali menjualnya pada 1940 dalam kemasan teh kering siap saji bermerek dari sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Slawi, ke sejumlah pasar di sana secara eceran.
Namun, konsumen tidak begitu memedulikan cara meracik teh yang baik sehingga menenggelamkan teh yang sebetulnya berkualitas bagus tersebut.
Dari sinilah ide membotolkan teh tersebut muncul. Menurut satu versi, ide pembotolan tersebut muncul diilhami oleh kebiasaan anak sekolah di Slawi yang kerap membawa minuman teh dalam botol.
Ide itu juga muncul akibat kegagalan promosi teh tersebut ketika ekspansi ke Jakarta oleh anak-anak Sosrodjojo pada 1953.
Hasilnya, ternyata konsumen lebih yang menyukai ide pembotolan itu mengingat kepraktisannya dan mungkin juga karena cita rasa tehnya mampu dipertahankan hingga saat ini. Kini, kekaisaran bisnis Sosrodjojo telah memasuki generasi ketiga.
Meski dikepung oleh merek-merek teh yang disokong perusahaan-perusahaan global legendaris semacam Coca-Cola dan Pepsi, Teh Botol Sosro tetap menguasai 80 persen pasaran minuman sejenis dan menyisakan 20 persen lainnya bagi merek saingan, sebuah dominasi yang mereka pertahankan mulai tahun 1984. Taksiran aset yang dimiliki perusahaan saat ini konon mencapai 10 triliun rupiah lebih (halaman 24).
Berbeda dengan kisah Sosrodjojo membangun perusahaan tehnya, Liem Sioe Liong dengan Indofood-nya merupakan fenomena lain mengenai gurita bisnis di Indonesia.
Liem merupakan legenda hidup seorang perantau asal China yang kemudian mengalami status sebagai orang terkaya di Asia dan masuk seratus besar dunia.
Ia kemudian mengganti namanya menjadi Sudono Salim. Cikal bakal Indofood adalah ketika Salim, pemilik Sarimi, meruntuhkan Supermie, penguasa mi instan saat itu, dengan cara melakukan aliansi bersama pemilik Indomie, mendirikan Indofood Interna Coorporation pada 1984.
Aliansi itu beberapa saat kemudian berakhir dengan aksi pencaplokan yang dilakukan Salim atas Indomie.
Dua tahun kemudian, giliran Supermie, sang penantang utama, yang diambil alih Salim. Kini, Indofood dikuasai sang putra mahkota, Anthoni Salim, dan menantunya, Franciscus Welirang.
Meski dalam enam tahun terakhir pangsa pasar Indofood mulai tergerogoti dua produk mi baru, Mie Sedap keluaran Wings Food dan Mie Kari milik Orang Tua Grup, Indofood tetap dianggap sebagai raksasa.
Buku ini mengulas lima puluh perusahaan yang dianggap sukses di Indonesia. Dengan memilah sembilan kategori usaha, buku ini menjadi lebih mudah dicerna dan dibaca.
Penulis buku ini, memilah lebih berdasarkan awal proses terbentuknya perusahaan sehingga memiliki kesan mendalam bagi pembacanya.
Dimuat di Koran Jakarta Kamis, 06 Mei 2010
http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=51613
No comments:
Post a Comment