Koran Sindo, 19 Mei 2013
Judul Buku: The Magic Life
Penulis: Ace Starry
Penerbit: Alvabet
Cetakan: I Maret 2013
Tebal: 412 Halaman
“Kalau kamu tidak bekerja keras, keberhasilan hampir tidak akan ada. Luck, keberuntungan adalah singkatan dari Labor
Under Correct Knowledge-kerja keras
dengan pengetahuan yang tepat. Seseorang yang terhormat itu bekerja sehari
penuh.”
Begitulah pesan yang ditanamkan
ibunya sepulang kerja dalam keadaan sangat kelelahan ketika ia dan Carl, adik
laki-lakinya masih kanak-kanak. Sebuah pesan yang menginspirasinya untuk selalu
bekerja keras meninggalkan tradisi kemiskinan yang diwariskan secara turun
temurun dalam keluarga.
Petuah tersebut terbukti
manjur. Kerja keras telah memberinya hasil nyata secara materi. Investasi
keuangannya cukup banyak, sebuah kondominium di tepi danau yang hampir dengan
sendirinya mencukupi biaya pengeluaran pajak pun dimilikinya bersama sebuah
Volvo dan seperangkat sistem audio yang canggih dan terbaru.
James Carpenter, demikian
namanya, memang telah mencapai kemapanan dan kenyamanan secara materi (comfort zone) pada usia yang baru
menginjak 29 tahun. Sebuah kondisi yang diimpikan banyak anak muda pada
umumnya. Ia menjalani rutinitas kehidupan yang cenderung monoton, hanya
berkutat pada tiga hal; bekerja sebagai akuntan, menonton tivi, dan tidur.
Namun pertemuannya dengan
seorang pesulap jalanan nan misterius bernama Maximillion Vi mampu membuatnya
berpikir ulang mengenai kehidupan. Sosok yang di matanya memiliki daya pikat
seorang manusia yang sangat ajaib. Setengah dari dirinya tampak seperti penyihir
dunia dongeng, setengahnya lagi dunia nyata. Kilau matanya seolah-olah dia
benar-benar mampu melakukan sihir, bukan sekedar trik sulap.
Istimewanya lagi, dari mulutnya
kerap mengalir kata-kata bijak yang mampu membangkitkan semangat hidup,
menyalurkan energi positif, dan perasaan kegirangan kepada pendengarnya,
termasuk James. Salah satu kata-katanya yang paling berkesan bagi James adalah bukan mendapatkan penghidupan dari sulap.
Namun membuat sulap dari kehidupan.
Perkataan dan tindakan Max yang
ganjil rupanya mampu menumbuhkan rasa penasaran serta meninggalkan kesan yang
mendalam di hati James. Ia mulai merenung tentang kehidupannya yang cenderung membosankan
dan melelahkan dengan seabreg rutinitas tanpa ada peristiwa ajaib yang terjadi.
Dunia sulap yang penuh misteri
sebagaimana ditunjukkan oleh Max, mampu membangkitkan minat dan kenangannya
pada masa kanak-kanak dan remaja ketika ia bermimpi untuk menjadi seorang
pesulap profesional. Sebuah mimpi yang harus dilupakan karena tuntutan hidup
mengharuskannya mencari penghasilan secara lebih pasti dan meyakinkan, namun seolah
bangkit kembali setelah bertemu Max.
Atas dasar itulah, James
akhirnya memutuskan untuk menemui pesulap berdarah Yahudi tersebut. Terlebih secara
khusus Max sebelumnya menitipkan topi sulap serta sejumlah uang di dalamnya
kepadanya dan memintanya mengembalikan pada festival mendatang, atau sekitar
enam bulan kemudian. Maka dimulailah petualangan James untuk merealisasikan mimpi-mimpinya.
Kisah pun semakin pelik
sekaligus menarik ketika Gina, perempuan yang disukai James dari remaja ternyata
juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya bahkan mengekspresikannya secara
terbuka. Sayangnya, Pak Lee, ayah Gina merupakan tipe orangtua yang protektif
terhadap hubungan asmara anaknya. Sialnya lagi, dia adalah pimpinan perusahaan
di mana James bekerja.
Menjelajahi halaman demi
halaman buku berjudul The Magic Life ini, akan menyeret pembaca pada pertanyaan folisofis-eksistensialis
mulai dari seputar diri, perihal kebahagiaan, impian serta perjuangan untuk
mewujudkannya, keberanian untuk mengungkapkan perasaan dan lain-lain.
Salah satu kekuatan novel
setebal 412 halaman ini adalah banyaknya pesan-pesan
moral serta kata-kata yang mampu memotivasi pembaca bertebaran melalui
tokoh-tokoh di dalamnya. Dalam setiap bagian, petuah bijak dan inspiratif senantiasa
mengalir tak henti mengajak pembaca untuk membuka potensi dengan melakukan apa
yang dicintai serta tidak menyerah pada mimpi.
Secara kualitas, finalis Hemingway First Novel Competition ini
memiliki semua yang diperlukan pembaca dalam karya fiksi; narasi yang mengalir,
karakter menarik, kisah percintaan, dan pengembaraan diri. Sehingga tidaklah
mengherankan jika secara umum buku ini dianggap berhasil menggabungkan antara
misteri metafisik yang menarik dengan kisah cinta yang romantik.
Selain itu, daya pukaunya juga terletak pada kemampuan penulis dalam
berkisah yang menarik dan berhasil menyatukan batas antara imajinasi liar dan
realitas kehidupan yang jalani tokoh di dalamnya. Hasilnya, karya ini bukan
sekedar mengajak pembaca untuk berubah dan mengatur ulang segala sesuatu dalam
kehidupannya sehingga menjadi lebih baik lagi.
Hal demikian tidaklah
mengherankan mengingat Ace Starry, penulisnya, merupakan salah seorang
motivator berbakat dan pencerita hebat Amerika saat ini. Kisah dunia sulap juga
bukanlah hal yang asing baginya mengingat Starry sendiri merupakan seorang
pesulap. Dengan kata lain, buku ini seolah kumpulan kata-kata motivasi,
pemikiran serta pengalaman hidup yang dikemas dalam bentuk novel dan
dinarasikan secara menarik. Selamat membaca.
No comments:
Post a Comment