Koran Sindo, 16 Juni 2013
Judul Buku: Compassion; 12 Langkah Menuju Hidup Berbelas Kasih
Penulis: Karen Armstrong
Penerbit: Mizan
Cetakan: I, April 2013
Tebal: 247 Halaman
Saat
ini, dunia sedang mengalami polarisasi secara berbahaya. Ada ketidakseimbangan
yang mencemaskan antara kekuasaan dan kekayaan, sehingga menimbulkan kemarahan,
kelesuan ekonomi, keterasingan, dan keterhinaan yang meledak dalam kekejaman teroris
yang membahayakan.
Perselisihan
yang akar-akarnya bersifat “sekuler”, seperti konflik Arab-Israel, telah
dibiarkan membusuk dan menjadi “suci” lalu, setelah disakralkan, banyak
pendirian cenderung menjadi mengeras dan resisten terhadap solusi pragmatik.
Agama sendiri semakin banyak disalahpahami dan dislahgunakan sebagai alat
peperangan dan kekerasan.
Demikian
kecemasan seorang Karen
Armstrong, sebuah kecemasan yang telah memuncak, sehingga ia berani keluar dari
kemapanannya sebagai penulis spesialis buku-buku sejarah dan perbandingan agama,
dan berkonsentrasi pada aspek yang lebih substansial dan menukik pada intisari
agama, sebagaimana tertuang dalam buku berjudul lengkap Compassion; 12
Langkah Menuju Hidup Berbelas Kasih ini.
Piagam
Belas Kasih (Charter for Compassion) ditawarkannya sebagai solusi atas masalah-masalah
tersebut di atas, mengingat belas kasih merupakan sesuatu yang alami bagi
manusia. Sebuah dokumen universal tanpa melihat perbedaan agama, ideologi atau
bangsa seseorang.
Selain
itu, belas kasih juga pada dasarnya tersemat dalam jiwa semua tradisi agama,
atau etika kerohanian, yang menyeru manusia untuk menyisihkan ego dan memperlakukan
orang lain sebagaimana mereka ingin diperlakukan.
Meskipun,
menurut mantan biarawati yang telah menulis 22 buku ini, sifat tersebut justru
semakin terasa asing bagi gaya hidup manusia modern, di mana ekonomi kapitalis
bersifat sangat kompetitif dan indivudialistis. Tanpa peduli yang terjadi
dengan orang lain, terlebih kompetitor.
Tantangan
juga datang dari kalangan positivis, yang berpendapat bahwa gen manusia secara
tak terhindarkan bersikap egois dan bahwa manusia terprogram untuk mengejar
kepentingannya sendiri tanpa peduli apa pun akibatnya. Hasilnya, altruisme
sering dianggap hanya sebatas ilusi.
Compassion
diartikan Karen dengan menempatkan diri kita dalam posisi orang lain, untuk
merasakan penderitaannya seolah-olah itu adalah penderitaan kita sendiri, dan
secara murah hati masuk ke dalam sudut pandangnya. Oleh karena itu, belas kasih
dapat didefinisikan sebagai sikap altruisme konsisten yang berprinsip. (Halaman
15)
Terdapat dua
belas langkah menumbuhkan belas kasih yang dirumuskannya dengan istilah Kaidah
Emas. Berisi langkah-langkah yang bersifat mendidik dan dirancang untuk
mengeluarkan belas kasih yang bersemayam dalam setiap orang agar menjadi
kekuatan penyembuh dalam kehidupan.
Langkah pertama adalah dengan belajar tentang
belas kasih. Membaca dan mempelajarinya akan menjadi bagian penting dari proses
ini dan harus menjadi kebiasaan seumur hidup. Belas kasih mengharuskan kita
membuka hati dan pikiran bagi semua orang lain.
Langkah kedua adalah melihat dunia sendiri.
Selama langkah ini, kita harus membawa diri kita secara mental ke puncak gunung
tinggi, tempat kita bisa berdiri tegak dan melihat sesuatu dari perspektif yang
berbeda. Langkah ketiga, menumbuhkan
belas kasih pada diri sendiri.
Keempat, menumbuhkan empati. Alih-alih secara sengaja
mempertahankan diri dalam keadaan tak berhati demi menjauhkan segala penderitaan,
kita harus membuka hati pada kesedihan orang lain seolah-olah kesedihan kita
sendiri. Penderitaan yang dialami dalam
kehidupan kita sendiri dapat membantu menghargai kadalaman ketidakbahagiaan
orang lain. (Halaman 110)
Delapan
langkah berikutnya dalam Kaidah Emas secara berturut-turut adalah; Perhatian
penuh, tindakan, memahami betapa sedikitnya yang diketahui, mengetahui
bagaimana seharusnya berbicara kepada sesama, kepedulian untuk semua, pengetahuan,
pengakuan dan mencintai musuh.
Dalam
mendedah setiap langkah, Karen berusaha menggunakan beragam disiplin keilmuan.
Penelusuran atas jejak peradaban manusia yang panjang pun dilakukan, demi
membuktikan bahwa sikap belas kasih pada dasarnya telah tumbuh di sepanjang
peradaban manusia.
Embrio
awal pemikiran yang terkandung dalam buku setebal 247 halaman ini terjadi ketika Karen
memperoleh penghargaan dari TED (Technology, Entertainment, Design) pada
Februari 2008 sebagai orang yang memiliki kontribusi besar terhadap perbedaan.
Penulis
yang rencananya akan berkunjung ke Indonesia pada tanggal 13-15 Juni mendatang untuk
menyebarkan virus belas kasih sebagaimana yang ditulisnya dalam buku ini,
semakin intens dengan gerakan yang digagas dan dicetuskannya dalam Gerakan
Compassion. Semangat yang tak kenal lelah untuk mengkampanyekan sikap welas
asih ke seantero dunia.
Hal
ini sebagaimana disadari oleh Karen, bahwa usaha untuk menjadi manusia berbelas
kasih adalah proyek seumur hidup, yang tidak akan tercapai hanya dalam satu jam
atau sehari. Setiap saat kita gagal, kita akan bangkit kembali dan memulainya
lagi. (Halaman 208)
izin mas :)
ReplyDelete