Judul Buku: The Evolution of Calpurnia Tate
Penulis: Jacqueline Kelly
Penerbit: Matahati
Cetakan: Pertama, November 2010
Tebal: 383 Halaman
Nama lengkapnya Calpurnia Virginia Tate, tetapi orang-orang lebih sering memanggilnya Callie Vee. Baru berusia sebelas tahun dan satu-satunya anak perempuan dari tujuh bersaudara. Diapit oleh tiga kakak dan tiga adik. Ayahnya seorang pemilik kebun kapas beserta pabrik pengolahannya.
Berbeda dengan semua saudara maupun teman-temannya, Callie sangat menyukai dunia binatang dan tumbuhan. Mungkin darah seorang naturalis mengalir deras dari kakeknya yang memiliki hobi yang sama dengannya.
Keberadaan sosok kakek, yang pada awalnya sangat misterius dan disegani baik oleh Callie maupun saudaranya yang lain, ternyata pada akhirnya justru menjadi keluarga yang paling dekat dengannya, bahkan berpengaruh besar terhadap kehidupannya.
Pada awalnya sebagai satu-satunya anak perempuan di keluarga, Callie diproyeksikan oleh kedua orang tuanya, terutama ibunya, untuk menjadi seorang perempuan terhormat, yang pada saat ini dikonsepsikan sebagai pintar menyulam, memasak dan bermain piano serta pekerjaan-pekerjaan yang sangat erat kaitannya dengan rumah tangga.
Namun, Callie lebih memilih melakukan aktivitas mengamati cacing, kungang-kunang, serangga serta berbagai fauna dan flora lainnya, lengkap dengan beraneka spesies dan spesimen mereka. Di saat anak sebayanya belajar memasak di dapur, ia lebih memilih untuk jalan-jalan ke hutan maupun rawa-rawa yang dihuni aneka satwa sambil membawa jaring penangkap serangga.
Beruntung bagi Callie, Kapten Walter Tate, veteran tentara yang juga kakeknya merupakan orang yang menunjang bakat dan minatnya tersebut. Sang kakek yang ternyata teman seorang naturalis masyhur idola Callie, Charles Darwin, sangat memahami, jika tidak disebut menguasai dunia flora dan fauna. Bahkan darinya, Callie mendapat kesempatan untuk membaca The Origins of Species, karya babon dari sang ilmuwan.
Untuk mendokumentasikan semua penemuan yang dihasilkan dari pengamatan baik ketika sendiri maupun bersama sang kakek, Callie selalu membawa catatan dan pensil khusus hasil pemberian dari Harry sang kakak sulung. Sehingga kemanapun Callie pergi, niscaya ia selalu membawanya.
Sayangnya, Callie tidak mampu lepas dari belenggu sosial yang ada di masyarakatnya kala itu. Terlebih ibunya merupakan seorang yang masih kolot dalam hal memegang tradisi. Keputusannya untuk memaksa Callie belajar memasak dan pekerjaan-pekerjaan yang identik dengan wanita lainnya, membuat ia kehilangan waktu untuk melakukan penelitian bersama sang kakek. Untuk sesaat, ia harus melupakan mimpinya untuk menjadi ilmuwan seperti Charles darwin, idolanya.
Ber-setting di negara bagian Texas pada tahun 1899, buku ini memotret kehidupan seorang gadis cilik beserta keluarganya dalam masa transisi menyongsong abad sekaligus peradaban baru dengan ditemukannya alat telekomunikasi berupa telepon dan transportasi modern seperti kereta api.
Selain itu, konflik yang melibatkan antara keinginan seorang gadis cilik bernama Callie dengan orang tuanya, menjadi nuansa yang dapat dengan mudah kita temukan dalam cerita ini. Bagaimana sang gadis berusaha memperjuangkan mimpi-mimpinya dan bagaimana pula ia harus bersikap ketika mimpi tersebut bertentangan dengan apa yang diharapkan oleh orang tuanya.
Pertarungan antara paradigma dan semangat zaman (zeitgeist) dapat kita temukan di dalamnya. Paradigma lama dan kuno, terwakili secara tepat melalui sosok ibunya yang kolot dan cenderung memaksakan kehendak, sedang semangat kebebasan bisa kita temukan pada sosok sang anak.
Tidak hanya itu, membaca buku setebal tiga ratus delapan puluh tiga halaman ini juga membuat kita mampu merasakan energi dan semangat kuat untuk mencari tahu serta terus belajar mengenai alam sekitar kita.
Ketertarikan sang naturalis cilik terhadap kehidupan flora dan fauna, seharusnya mampu menggugah siapapun pembaca buku ini untuk lebih peduli terhadap ekosistem yang ada disekitar. Terlebih bagi pembaca di Indonesia yang kekayaan alam berupa keanekaragaman hayati maupun hewaninya nomor satu dunia.
Karya pertama Jaqueline Kelly ini bukan hanya sukses menuangkan ke dalam sebuah novel gagasan yang inspiratif, tentang perjuangan seorang naturalis cilik dalam memilih untuk menekuni hobinya atau lebih mempedulikan keinginan orang tuanya, namun juga racikan gaya bahasa yang digunakan sangat renyah dinikmati sehingga mudah dicerna pembaca buku ini.
Kekaguman penulisnya terhadap sosok Charles darwin tidak dapat disembunyikan, baik melalui pikiran-pikiran dan materi tokoh maupun cerita di dalamnya juga dari epigraf yang dicantumkannya disetiap bab dalam buku ini yang keseluruhannya diambil dari The Origin of Species karya monumental sang pencetus teori evolusi tersebut.
Selamat membaca....
jadi pengen baca....masuk wishlist nih...:)
ReplyDeletehehehe...selamat berburu....
ReplyDelete