Penulis: Hugh Goddard
Penerbit: Serambi
Cetakan: I, 2013
Tebal: 402 Halaman
Populasi manusia
saat ini mencapai angka 7 miliar jiwa. Hampir separuh dari angka tersebut,
mengaku beragama Kristen dan Islam. Meski bukan yang tertua, eksistensi dua
agama tersebut memang sangatlah panjang dan tak jarang mendominasi peradaban
dunia.
Sebagai dua agama
besar, interaksi keduanya sangat menarik sekaligus pelik. Terkadang hangat dan
harmoni, saling mengkritisi, namun tak jarang pula terjadi pergesekan bahkan
bentrokan yang melibatkan dua komunitas penyembah Tuhan ini sehingga antara
keduanya saling mengeliminir.
Hal ini dibuktikan
dalam bingkai sejarah, hubungan Kristen-Islam menorehkan catatan yang beraneka
dan tidak selalu menyenangkan. Lahir dan berkembang di Timur Tengah, lalu
keduanya merambah dan menanamkan pengaruh ke berbagai penjuru dunia: Kristen di
Eropa dan Amerika, sementara Islam di Afrika dan Asia. Ketegangan bahkan
peperangan antar keduanya kerap tak terelakan.
Dunia Kristen
sebagai agama yang lahir lebih dahulu, menanggapi kemunculan Islam pada abad
ketujuh dengan cara pandang yang sudah mapan mengenai agama-agama lain
berdasarkan pada tiga tradisi pemikiran: kitab suci yang mereka warisi dari
kaum Yahudi (Perjanjian Lama), kitab suci mereka sendiri (Perjanjian Baru),
serta tradisi pemikiran dan praktik Kristen yang berkembang pada periode Patristik,
para Bapa Gereja Kristen.
Pandangan Kristen
awal terhadap agama lain, dilatari dua aspek penting, yaitu hubungan mereka
dengan umat Yahudi yang merupakan cikal bakal Kristen, dan sikap mereka
terhadap filsafat dan agama Yunani-Romawi yang ketika itu dianut oleh
masyarakat sekitar.
Sedangkan pandangan
Islam terhadap Kristen, menurut buku berjudul Sejarah Perjumpaan
Islam-Kristen ini, dapat
dijelaskan oleh perjumpaan Muhammad dengan sistem dan praktik tiga sistem
keyakinan penting yang ada dan berkembang di Jazirah Arab pada masanya, yakni
kaum musyrik Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan kaum Kristen Arab. (Halaman 22-55)
Semasa hidupnya,
Muhammad sering berinteraksi dengan kaum Kristen dan lebih sering lagi dengan
orang Yahudi. Kepada kaum Yahudi, Muhammad menampilkan sikap yang berbeda mulai
dari pola yang relatif liberal hingga keras. Pada kesempatan yang lain,
terutama terhadap komunitas Kristen, Muhammad menampilkan sikap yang lebih
moderat. Ia mengizinkan mereka mengamalkan agamanya selama tunduk pada
kekuasaan Islam.
Pasca wafatnya
Muhammad, ketika komunitas muslim melebarkan sayap kekuasaannya ke kawasan
Timur Tengah yang lebih luas, dan ketika mereka bertemu dengan lebih banyak
komunitas Yahudi dan Kristen, perlakuan Muhammad menjadi menjadi acuan bagi
kebijakan mereka. Dua abad berikutnya, kaum muslimin tampaknya mengambil dua
sikap utama; keras dan konfrontatif, serta lembut dan toleran.
Eropa yang pada
saat itu terbelakang secara intelektual, lemah dan terpecah-pecah secara
politik, dan primitif secara sosial ekonomi dibandingkan umat Islam, berusaha
bangkit setelah selama berinteraksi dengan masyarakat Islam seraya
menerjemahkan karya-karya ilmuwan muslim ke dalam bahasa Latin dan
menyebarkannya secara besar-besaran ke seluruh Eropa Barat. (Halaman 193-194)
Tidak dapat
dipungkiri bahwa komunitas Kristen dan Islam merupakan “komunitas yang terus
berdebat”. Karena itu, pada masing-masing komunitas terdapat dua jenis
pandangan terhadap agama lain; positif dan negatif. Kekhalifahan Umayyah di
Kordoba (756-1031 M) dikenal sebagai sebagai komunitas Muslim yang toleran,
berbanding terbalik dengan Dinasti Murabitun dan Muwahidun yang keras.
Sedangkan di
kalangan kaum Kristen, keterbukaan dan toleransi terhadap kaum muslim dan
kebudayaan Islam dapat kita saksikan pada sosok Ferdinand III dari Kastil
(1230-1252 M) dan putranya, Alfonso Sang Bijak (1252-1284 M). Sebaliknya,
kekerasan dan kekejaman juga ditunjukkan oleh Ferdinand dan Isabella di
Granada. (Halaman 340-341)
Buku setebal 402
halaman ini, berusaha mengungkap berbagai motif dan penyebab munculnya berbagai
reaksi dari Kristen dan Islam. Selama berabad-abad, perimbangan dua agama besar
ini sangat fluktuatif. Terkadang umat Islam yang bergerak aktif sedangkan umat
Kristen lebih bersikap reaktif, dan begitu pula sebaliknya. Secara umum,
kondisi demikian berlangsung pada Abad Pertengahan dan era modern.
Menurut Hugh
Goddard, penulisnya, salah satu fenomena yang menarik dalam perjumpaan
Kristen-Islam adalah bahwa perjumpaan keduanya tidak pernah berjalan di atas
satu pola yang baku, tetapi terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Dengan demikian,
karya dosen senior Teologi Islam di University of Nottingham ini, bukan sekedar
mengajak pembaca untuk menziarahi sejarah masa lalu antara Kristen dan Islam,
sehingga menumbuhkan pemahaman yang lebih baik antara keduanya. Namun juga diharapkan
dapat melahirkan kerja sama positif di masa depan, bukan malah memicu konflik
yang lebih besar.
Hal demikian
bukanlah mustahil, karena pada dasarnya ajaran utama dari kedua agama tersebut
adalah ajaran kasih-sayang. Sehingga yang diperlukan adalah pemahaman yang
lebih utuh dan mendalam atas ajaran masing-masing, sehingga dapat mereduksi
potensi-potensi konflik antar keduanya, maupun dengan agama-agama lain.
No comments:
Post a Comment