Harian Detik, 2 Maret 2013
Judul Buku: Wanita Simpanan
Penulis: Elizabeth Abbot
Penerbit: Alvabet
Cetakan: I, Februari 2013
Tebal: 602 Halaman
Saat itu, musim gugur 1924 ia masih gadis remaja berusia 18 tahun yang menarik perhatian dan modis, seorang gadis
ramping dengan karakter halus, rambut pendek dan mata gelap, cantik, dan cerdas.
Ketertarikannya pada filsafat menuntunnya untuk memasuki Universitas Marburg
serta mengikuti kelas seorang profesor yang kala itu namanya tengah meroket
sebagai pemikir jempolan.
Rupanya penampilan Hannah Arendt, demikian nama
si gadis, membuat Martin Heidegger sang profesor kesengsem. Meski telah beristri, lelaki berusia 35 tahun tersebut
kemudian mendekati dan merayunya di kantor universitas. Beberapa minggu
kemudian, secara diam-diam keduanya menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
Cinta terlarang antara laki-laki bertubuh pendek,
dengan rambut hitam legam, kulit gelap, badan kecil, mata yang tajam, seorang
nasionalis Jerman dan anggota Partai Nazi dengan gadis cantik yang nota bene berdarah Yahudi tersebut
berlangsung secara intens dan rumit sehingga mengubah hidup mereka dan
berlangsung hingga ujung usia. (Halaman 300)
Sosok Hannah Arendt yang menjadi wanita simpanan
sang pengarang buku Being and Time
tersebut, hanyalah salah satu dari 69 perempuan yang kisahnya tersaji dalam
buku berjudul Wanita Simpanan ini.
Sebuah karya perpaduan yang kaya antara biografi pribadi, wawasan budaya, dan
pengetahuan sejarah yang menakjubkan.
Aneka Motif dan Pelaku
Banyak faktor yang melahirkan fenomena wanita
simpanan, antara lain; perjodohan antara suami dan istri yang melahirkan
kebosanan, sistem kasta dan kelas sosial dengan celah-celah yang tidak bisa
ditembus, kengganan laki-laki untuk menerima satu pasangan seks, menampung
hasrat mereka untuk memuji kejantanan, dan menegaskan kekayaan dengan memiliki
perempuan (selir) selain istri.
Para pelakunya bukan orang biasa, alias memiliki
kekayaan, kekuasaan, kecerdasan atau hal-hal lainnya yang dianggap kelebihan
dalam sudut pandang masyarakat luas. Mulai dari politisi yang terbiasa
berbohong di depan publik, kaum cendekia yang memiliki kecerdasan di atas
rata-rata, para bangsawan kerajaan, hingga tokoh terkemuka dalam institusi
agama.
Pada masa lalu, di beberapa negeri Timur,
sebagian wanita simpanan adalah para budak perempuan yang diakui oleh hukum dan
diterima masyarakat. Keberadaan mereka justru sifatnya mengutuhkan pernikahan,
salah satu tugas prinsip mereka adalah mendapatkan warisan dari majikan.
(Halaman 30)
Selir pertama yang tercatat dalam sejarah adalah
Hajar, seorang budak perempuan keturunan Mesir yang berkulit hitam. Hajar
merupakan budak Sarah, istri patriark Ibrahim (2000-1720 M). Ketiganya pernah
tinggal bersama selama 13 tahun, sebelum akhirnya Hajar bersama anak yang masih
balita, Ismail, pergi bermigrasi ke daerah lain.
Meski demikian, perempuan simpanan
yang paling dikenal dan banyak diteliti adalah perempuan simpanan raja-raja
Eropa semasa Renaisans,
seperti Nell Gwynne dan Madame de Pompadour. Namun, kebiasaan menyimpan
perempuan simpanan di Eropa
tidak terbatas kepada keluaga raja dan bangsawan tetapi menurun ke segala
lapisan masyarakat, tanpa memandang kedudukannya dalam masyarakat. Pedagang
yang kaya atau bangsawan muda.
Pergundikan juga memungkinkan laki-laki yang
belum menikah untuk menikmati hubungan intim dengan perempuan kelas rendahan
yang dianggap masyarakat tidak cocok untuk menjadi istri mereka. Seperti Apasia
yang menjadi gundik Pericles dan Dolorosa yang menjadi gundik Santo Agutinus.
Selir lainnya berperan sebagai pemuas nafsu seksual hanya untuk laki-laki yang
tidak menunjukkan kasih sayang. (Halaman 566)
Tema dan Karya
Sensasional
Buku setebal 602 halaman ini disusun berdasarkan
pemilahan para wanita simpanan dalam masing-masing kategori yang dianggap dapat
memberikan gambaran paling baik akan tema dan subteks yang variatif.
Masing-masing memiliki kisah unik, terdiri dari bangsawan dan budak, istri,
ibu, dan perawan tua, yang tinggal di gubuk, harem, rumah biasa maupun
istana.
Terminologi wanita simpanan, didefinisikan oleh Elizabeth Abbot, penulisnya, sebagai
seorang perempuan yang sukarela atau terpaksa memiliki hubungan seksual yang
relatif lama dengan laki-laki yang biasanya sudah beristri. Dengan menarik dan
cerdas, motif dan moral wanita-wanita yang sangat terkenal dan memesona dalam
sejarah, dari masa lampau hingga masa kini disajikannya ke hadapan pembaca
dengan perpaduan antara biografi pribadi, wawasan budaya, dan pengetahuan
sejarah yang memukau.
Titik simpul dari karya sensasional ini adalah
bahwa baik zaman kuno maupun kontemporer, kisah-kisah setiap perempuan di
dalamnya sangat unik, namun kumpulan dari setiap narasi merupakan sebuah kisah
sejarah yang lebih luas. Sejarah yang dimulai dengan pergundikan, awal dari
perselingkuan, dikembangkan sebagai sebuah cabang dari pernikahan dan hampir
merupakan toleransi universal dari ketidaksetiaan laki-laki.
No comments:
Post a Comment