AnalisisNEWS.com, 24 januari 2012
Judul Buku: Steve Jobs
Penulis: Walter Isaacson
Penerbit: Bentang
Cetakan: I, Oktober 2011
Tebal: 728 Halaman
Berita kematian Steve Jobs pada 5 Oktober 2011 silam menjadi trending topic di jejaring sosial, terutama facebook dan twitter. Bahkan, traffic di twitter mengalami lonjakan yang signifikan, mengalahkan berita tewasnya Osama Bin Laden maupun Royal Wedding putra mahkota kerajaan Inggris.
Hal ini tidak mengherankan, mengingat sosoknya yang sangat identik dengan produk-produk teknologi termutakhir. Namanya tidak mungkin terpisahkan dengan Apple, perusahaan besar yang didirikannya. Dia juga tercatat sebagai pemilik hak paten tidak kurang 300 hardware dan software, termasuk iPod, iPad, iTunes, iPhone dan lain-lain. Bagaimanakah sosok yang pantas disebut sang Inovator abad 21 ini ?
Inilah buku yang secara lengkap dan paling lengkap mengenai Steven Paul Jobs. Steve Jobs ditulis oleh Walter Isaacson, seorang spesialis penulis biografi tokoh terkenal seperti Benjamin Franklin dan Albert Einstein. Keduanya dikenal sebagai panutan yang memiliki kecintaan pada umat manusia dan ilmu pengetahuan sangat kuat. Karakter yang serupa, rupanya coba hendak ditampilkan Isaacson melalui sosok Jobs dalam buku ini.
Sebuah kisah memukau tentang jatuh bangunnya seorang pengusaha kreatif dan kepribadiannya yang menggugah dengan keinginan besar akan kesempurnaan dan kontrol gila-gilaan yang berhasil merevolusi enam industri: komputer pribadi, film animasi, musik, ponsel, komputer tablet dan penerbitan digital.
Ayah kandungnya bernama Abdulfattah “John” Jandali seorang muslim Suriah yang menjadi asisten pengajar di Universitas Winconsin. Sedangkan ibunya Joanne Schieble, mahasiswi pascasarjana di kampus yang sama dengan sang ayah. Hubungan keduanya ditentang secara keras oleh ayah Joanne yang menolak anaknya berhubungan dengan pria non Katolik, dan mengancam tidak akan mengakuinya sebagai anak jika ia nekad menikah.
Namun, benih percintaan keduanya kadung menumbuhkan seorang janin dalam rahim Joanne. Hingga akhirnya ia memilih untuk melahirkan sang bayi dan menitipkannya kepada seorang dokter baik hati di San Fransisco, yang membantu proses persalinan sekaligus mencarikan orangtua adopsi untuk sang bayi. Hingga akhirnya pasangan suami-istri Paul Reinhold Jobs dan Clara Hagopian, mengadopsinya dan kelak memberi nama Steven Paul Jobs.
Paul Jobs seorang pecinta mesin dan mobil. Hobinya tersebut kemudian diwariskan kepada Jobs, sayangnya sang anak lebih jatuh cinta dengan komputer. Beruntung bagi Jobs, lingkungan sekitar tempatnya tinggal tergolong “istimewa” karena semua penduduknya, bahkan yang tidak pintar sekali pun, cenderung menjadi insinyur. Sehingga sangat membantu terhadap perkembangan hobi dan bakatnya.
Jobs dibesarkan di sebuah kawasan yang dikenal dengan sebutan Silicon Valley USA. Sebagaimana diakuinya, bahwa saat tumbuh besar, ia sangat terinspirasi oleh sejarah tempat itu. Selama masa kebangkitan industri pertahanan, tempat tersebut melahirkan ledakan perekonomian yang berbasis teknologi. Bermula dari 1938, ketika Dave Packard dan istri barunya pindah ke sebuah apartemen di Palo Alto. Diikuti kemudian oleh temannya, Bill Hewlett.
Ketika berusia tiga belas tahun, Jobs mencari nama Bill Hewlett di buku telepon, lalu meneleponnya untuk mendapatkan komponen yang dibutuhkan untuk membuat sebuah kumpulan frekuensi. Jobs mengagumi cara Hewlett dan Packard membangun perusahaan yang dapat bertahan lama, dan dia mengagumi dirinya sendiri yang telah melakukan hal yang sama di Apple. (Halaman 648).
Bukan hanya itu, kekompakan Dave Packard dan Bill Hewlett juga sepertinya sangat menginspirasi Jobs. Bersama Steve Wozniak, keduanya seolah menjadi ikon baru dalam hal produk inovasi, terutama setelah lahirnya Apple. Wozniak-lah saksi sekaligus pelaku sejarah kelahiran Apple.
Kata Apple lahir hasil dari inspirasi Jobs yang sedang melakukan diet buah, dan dia baru saja dari kebun apel yang kemudian diusulkan kepada Wozniak. Nama Apple dianggap menyenangkan, penuh semangat, dan tidak mengintimidasi. ‘Apple’ sama sekali bukan kata yang berbau komputer. (Halaman 81)
Belakangan banyak yang mengakui bahwa Apple pilihan yang cerdas. Kata tersebut langsung mengisyaratkan keramahan dan kesederhanaan. Nama tersebut sedikit berbau budaya pemberontak dan bersahaja, tetapi terkesan sangat Amerika. Apple Computer menunjukkan perbedaan yang menyenangkan.
Buku setebal tujuh ratus dua puluh delapan halaman ini merupakan hasil rangkaian wawancara Isaacson dengan Jobs lebih dari empat puluh kali selama dua tahun. Untuk memperkokoh data dan mempertegas fakta di dalamnya, Isaacson juga mengkonfirmasi lebih dari seratus anggota keluarga, sahabat, musuh, pesaing dan kolega Jobs untuk di wawancara.
Kisah Jobs dalam buku ini menyuguhkan banyak informasi sekaligus peringatan yang sarat dengan pelajaran tentang inovasi, karakter, kepemimpinan dan nilai-nilai. Jobs mendorong semua orang untuk berbicara secara jujur, meskipun sering menyakitkan. Dan dia membuyktikannya dengan tanpa menyensor maupun mengontrol atas apa yang ditulis Isaacson dalam buku ini.
Tidak mengherankan, jika kita temukan di dalamnya sosok sang inovator abad 21 yang utuh, yang bicara apa adanya dan terkadang brutal penuh sarkasme, sekaligus tentang orang-orang yang bekerja dan bersaing denganya.
Kang, minjeeemmmmm yaaa
ReplyDeleteyups....sini aja...
DeleteJangan berhenti untuk terus berkarya, semoga
ReplyDeletekesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
keep update! mobil kuat